Seperti Ini Proses Pengolahan Air Bersih di Bekas-bekas Pengerukan Pasir
01 Juli 2013 Dibaca : 3160 kali Mencari sumber air bersih di daerah seperti Kepulauan Riau bukan perkara
mudah. Posisi geografis yang dekat dengan pantai membuat kualitas air
tidak layak untuk dikonsumsi. Butuh upaya tertentu agar air yang ada
bisa dimanfaatkan.
Seperti yang terjadi di Desa Kawal, Kecamatan Gunungkijang, Kabupaten
Bintan, Kepulauan Riau. Sumber air baku hanya tersedia di bekas lokasi
pengerukan pasir yang artinya hanya menampung air hujan. Ada juga sumber
air di dekatnya, tetapi lebih banyak tercampur air lainnya. (Foto:
Uyung/detikHealth)
Untuk bisa dikonsumsi warga sekitar, air baku yang tidak layak tersebut
diolah dulu di instalasi milik Dinas Pekerjaan Umum (PU) ini. Dengan
teknologi aerasi, kandungan besi dan kadar keasaman air dinetralkan agar
menjadi air bersih. (Foto: Uyung/detikHealth)
Air genangan dari bekas pengerukan pasir dipompa masuk ke instalasi,
lalu disaring dan diendapkan. Saat ini, instalasi tersebut melayani
sedikitnya 360 SR (Sambungan Rumah) dengan tarif Rp 5.000/m3 untuk rumah
tangga dan Rp 7.000/m3 untuk industri. (Foto: Uyung/detikHealth)
Instalasi ini merupakan bagian dari Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota
Kecamatan (SPAM-IKK) yang digagas oleh Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). (Foto: Uyung/detikHealth)
Selain menampung air hujan, genangan air yang menjadi air baku juga
berasal dari sebuah mata air. Luas lahan yang terdiri dari genangan air
dan area untuk instalasi pengolahan air mencapai 6 hektar. (Foto:
Uyung/detikHealth)
Air bersih yang dihasilkan akan dialurkan ke rumah-rumah warga melalui
Sambungan Rumah atau disingkat SR. Warga yang memasang SR akan mendapat
meteran seperti halnya saat berlanggangan PAM (Perusahaan Air Minum).
(Foto: Uyung/detikHealth)