VIVAnews - Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat, Agung Laksono, menyebutkan bahwa sanitasi yang buruk menyebabkan
kerugian negara sebesar Rp56 triliun setiap tahunnya.
Pada Selasa 29 Oktober 2013, Agung menjelaskan, kerugian tersebut
setara dengan 25 persen anggaran pendidikan nasional yang dianggarkan
per tahun atau hampir sama dengan biaya untuk menyediakan 12-15 juta
toilet yang layak digunakan.
"Data dari WSP (Water Sanitation Program) World Bank pada 2008
menunjukkan bahwa kondisi sanitasi yang buruk mengakibatkan kerugian
sebesar Rp1,4 triliun di sektor
pariwisata dan sebesar Rp29 triliun di sektor kesehatan," kata Agung di Balai Kartini, Jakarta.
Agung menjelaskan, pemerintah pusat telah melakukan berbagai upaya
untuk mendorong peningkatan layanan sanitasi dan air minum. Upaya itu di
antaranya dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatkan
perencanaan pembangunan sanitasi, dan air minum.
"Berbagai upaya tersebut dikoordinasi melalui Pokja AMPL (kelompok
kerja air minum dan penyehatan lingkungan) nasional, yakni wadah lintas
kementerian yang telah lama dibentuk 1997," tegasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Dedi Priatna, mengatakan, kondisi air
minum Indonesia masih kalah jika dibandingkan Timor Leste yang baru
diresmikan pada 1999.
"Air minum kita paling rendah jangkauannya di Asia Tenggara," jelasnya.
Tidak hanya itu, menurut Dedi, sanitasi di Indonesia masih buruk
bila dibandingkan dengan negara Vietnam dan Myanmar. Kondisi ini
ditunjukkan dengan sistem pengelolaan limbah terpusat atau instalasi
pengelolaan air limbah masih jauh dari harapan.
sumber