Pengolahan Limbah di DKI Buruk, Butuh Anggaran Rp 125 Triliun
30 Oktober 2013
Dibaca : 1172 kali
Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pernah
menyebutkan Jakarta memiliki sistem pengolahan limbah terpusat
(sewerage) terparah di Indonesia. Sistem sewerage di Jakarta masih
mencapai 3%.
Deputi bidang Sarana dan Prasarana Kementerian
Bappenas Dedi Priatna mengatakan, capaian sewerage di Jakarta
mengkhawatirkan. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Asia
Tenggara yang lain, Jakarta masih kalah jauh.
"Yang paling
menyedihkan di Jakarta kita baru mencapai 3%. Yang lain itu dibuang ke
tanah, jadi diare jadi apa. Singapura mencapai 100%. Kuala lumpur 96%,
Hanoi 65%," kata Dedi selepas acara Konferensi Sanitasi dan Air Minum
Nasional di Gedung Balai Kartini, Jakarta, Selasa (29/10/2013).
Dikatakan
Dedi, pemerintah pusat melalui Kementerian PU bekerjasama dengan
pemerintah daerah Jakarta untuk mempercepat pembangunan sistem
pengolahan limbah terpusat ini. Menurut Dedi, butuh dana hingga Rp 125
triliun untuk merealisasikan hal tersebut.
"Kalau Rp 1 triliun saja dialokasikan untuk Jakarta, butuh waktu hingga 125 tahun. Tapi akan marah daerah lain," katanya.
Bukanlah
hal mudah untuk membangun sebuah mengolah limbah menjadi air bersih
yang mengalir di sungai. Terdapat 12 zona yang masuk ke dalam rencana
pembangunan sewerage di Jakarta.
"Sekarang baru dikerjakan zona 1 dan zona 6," katanya.
Selain
persoalan anggaran, Dedi mengatakan, masalah kesadaran masyarakat pun
menjadi perhatian pemerintah dalam hal ini. Salah satunya adalah
pengolahan limbah di sebuah kompleks perumahan yang harus dibenahi.
"Kalau real estate itu wajib, jadi pengembang itu harus menegakan ini," katanya.
(zul/dru)
sumber