Panitia Kemitraan Siap Kawal PAMSIMAS III Tahun 2016
Panitia Kemitraan mengemban kepercayaan untuk mensejahterakan masyarakat melalui Program Pamsimas

07 September 2016
Dibaca : 2250 kali

Indonesia bercita-cita mencapai akses universal air minum aman dan sanitasi yang layak pada tahun 2019. Untuk merealisasikan pencapaian akses tersebut diperkirakan akan dibutuhkan pendanaan sebesar Rp253,8 triliun.

Alokasi pendanaan yang bersumber dari APBN dapat diperkirakan sangat terbatas. Mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah menginisiasi berbagai program dan kegiatan pengembangan SPAM dan Sanitasi yang diselenggarakan secara kolaboratif bersama-sama dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Daerah melalui APBD, APBDesa, serta dari masyarakat dan swasta

Untuk mewujudkan kolaborasi ini Pokja AMPL Kabupaten lokasi Pamsimas melalui Panitia Kemitraan (Pakem) seluruh kabupaten lokasi Pamsimas III (365 kabupaten) telah mengikuti peningkatan kapasitas melalui kegiatan sosialisasi Pamsimas III, yang dilakukan pada bulan Maret dan Agustus 2016 di 6 regional.

Agus Ahyar selaku ketua CPMU saat menyampaikan paparannya dalam acara sosialisasi ini menegaskan bahwa kolaborasi dalam pendanaan ini sangat penting untuk membiayai pembangunan sistem air minum, tertutama di wilayah perdesaan dengan menggunakan pendekatan Pemberdayaan Masyarakat (Community Development), seperti program  PAMSIMAS ini. Namun Program Pamsimas bukan satu-satunya program yang akan menjawab penyelesaian atas pemenuhan akses air minum dan sanitasi di daerah, banyak sumber pembiayaan yang dapat digunakan, misalnya DAK Air Minum dan Sanitasi, DAK Kesehatan, Dana Desa, dana-dana dari pusat yang ditransfer ke daerah dan dari pihak swasta melalui program CSR.

“Sampai tahun 2019 sebanyak 27.000 desa akan menjadi target pendampingan Pakem, hal ini merupakan kepercayaan yang diemban oleh Pakem untuk mensejahterakan masyarakat melalui penyediaan akses air minum dan sanitasi,” tutur Agus.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

Imran Agus Nurali selaku Direktur Kesehatan Lingkungan menekankan bahwa kurangnya akses air minum aman dan sanitasi yang layak berdampak signifikan pada tingkat kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat, selain diare juga sistem pencernaan rusak sehingga gizi tidak terserap dengan baik hal ini bisa menyebabkan gizi buruk dan stunting (kekerdilan) seseorang.

Selain Imran, narasumber dari Kementerian Kesehatan, Eko Saputro juga berharap Pakem mensejahteraan masyarakat melalui peningkatan kesadaran hidup bersih dan sehat dengan  mengawal pencapaian  SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) desa sasaran, Eko juga menekankan target Kementerian Kesehatan untuk melakukan pemicuan STBM di seluruh desa di Indonesia sampai tahun 2019 dapat terdukung oleh   Tim Pakem dan Pokja AMPL.

Sejalan dengan Agus, Eko juga berharap pegabdian Pakem tidak hanya sebatas memantau proses pemicuan tapi juga memastikan proses monitoring pasca pemicuan dilaksanakan oleh para sanitarian.

Eko wiji Purwanto, narasumber dari Bappenas juga sependapat dengan narasumber sebelumnya bahwa pengabdian untuk pembangunan air minum dan sanitasi adalah ibadah yang menghasilkan amal jariah.

Keberadaan Pokja AMPL di daerah adalah satu wujud komitmen pemerintah daerah untuk  kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan akses air minum dan sanitasi.

Dalam paparannya Eko Wiji menekannkan strategi yang harus diambil oleh Pokja AMPL dalam rangka percepatan akses universal air minum dan sanitasi adalah, menyepakati alasan mengapa air minum dan sanitasi ini penting, mempengaruhi stakeholder yang dapat berpengaruh dalam menentukan kebijakan pembangunan AMPL, menyususun strategi bersama lintas pelaku, menyiapkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan, dan saling membuka peluang untuk menuju cita-cita.

Di sisi lain narasumber dari Satker PAM-BM, Novi Rindani menegaskan, bahwa kesiapan pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan Pamsimas, selain kesiapan Pakem mengawal pelaksanaan Program Pamsimas, keberadaan Satker juga harus siap, di mana Program Pamsimas akan dibawahi oleh Satker PPIP yang akan mengelola dana BLM APBN, Novi berharap bagi daerah yang ada perubahan Satker PPIP dapat segera menyampaikan usulan ke Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR sehingga setelah penetapan desa lokasi Pamsimas, dana BLM sudah dapat dicairkan pada saat pelaksanaan fisik awal tahun 2017.

Sosialiasi Program Pamsimas III bagi Panitia Kemitraan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai pelaksanaan Pamsimas III, khususnya untuk pelaksanaan pemilihan desa sasaran untuk melaksanakan pembangunan fisik di tahun 2017, melakukan pemantau dan evaluasi pelaksanaan program Pamsimas, serta melakukan upaya alternatif pembiayaan dari berbagai sumber untuk mencapai Akses Universal Air Minum dan Sanitasi di daerahnya.

Dany Sutjiono selaku Advisor Keberlanjutan Program berharap Pakem dapat memanfaatkan SIM (Sistem Informasi Manajemen) dalam melakukan pemantatauan dan evaluasi pelaksanaan Pamsimas di daerahnya.

Sehubungan dengan tugas Pakem dalam melakukan upaya alternatif pembiayaan, Dany juga menyampaikan adanya peluang untuk percepatan pencapaian Akses Universal Air Minum melalui program Hibah Air Minum Perdesaan berbasis Kinerja yang diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), yang saat ini diikuti oleh 19 kabupaten, dan diharapkan tahun 2017 peminatnya semakin banyak, karena direncanakan akan dialokasikan sekitar 200 milyar rupiah untuk program tersebut, sedangkan untuk masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas yang belum terakses air minum,  NGO dari Amerika (Water. Org) siap memfasilitasi BPSPAMS untuk mendapatkan fasilitas kredit dari Perbankan.

Pakem juga diharapkan bersungguh-sungguh menjalankan tugasnya membantu pemerintah daerah, sehingga masyarakat yang benar-benar membutuhkan pelayanan air minum dan sanitasi dan sesuai dengan kriteria program dapat mengikuti dan memperoleh manfaat dari program  Pamsimas, sehingga terwujud kesejahteraan masyarakat sesuai yang diharapkan. (Endang Sri Rejeki/Edit: Rini Harumi)

 

Share