Mengintip Usaha Pembuatan Jamban di Pesisir Biak Papua02 Februari 2016 Saat masyarakat terbiasa buang air besar (BAB) sembarangan kadang begitu sulit mengajak untuk beralih ke jamban. Jauh lebih mudah membuat jamban itu sendiri dibandingkan dengan mengubah perilaku. Di pesisir Biak Numfor tepatnya di Kampung Indawi, Distrik Yawosi, Ruben Brabar yang merupakan seorang perajin jamban leher angsa yang menyuplai kebutuhan warga Biak dan sekitarnya. Tempat produksinya cukup sederhana hanya sepetak ruangan berukuran 4 meter x 5 meter di samping tempat tinggalnya yang menghadap langsung ke pantai. Terdapat 5 buah cetakan jamban, 2 kompresor airbrush dan beberapa deret jamban yang sudah siap pakai tersusun rapi di sebuah rak di ruangan yang juga bersebelahan dengan kandang babi tersebut. "Dengan 5 cetakan yang saya punya sekarang, seminggu saya bisa membuat 15 jamban. Rata-rata satu jamban butuh waktu 2 hari,” ujar Ruben. Ruben menjelaskan cara pembuatan jamban
cukup sederhana. Adonan yang dipakai antara lain terdiri dari semen putih,
pasir, dan kalsium. Ruben membutuhkan waktu 24 jam agar adonan mengering hingga
mendapatkan bentuk dasar. Lalu butuh 24 jam lagi untuk memasang leher angsa. Soal
harga, Ia hanya mematok Rp 100 ribu untuk satu jamban. Bahkan bagi warga yang
dinilainya punya kondisi ekonomi yang pas-pasan, Ia memberikan potongan khusus
meski tetap mematok harga minimal Rp 50 ribu. Sesekali Ruben menyumbangkan
secara gratis untuk program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Artikel Terkait |