Lestarikan Cadangan Air Melalui Biosafari

25 Maret 2013
Dibaca : 1966 kali

Awal tahun 2013, Jakarta kembali menjadi topik hangat yang diperbincangkan banyak media dari dalam maupun luar negeri.

Sayangnya, topik yang diberitakan bukan mengenai pencapaian positif terkait perkembangan ekonomi maupun kemajuan infrastruktur, melainkan mengenai bencana banjir yang melanda sebagian besar wilayah Ibukota.

Bukan hanya membuat lumpuhnya aktivitas, ataupun membuat puluhan ribu warga mengungsi saja, banjir kali ini juga menyebabkan kerugian besar pada negara karena rusaknya sejumlah infrastruktur. 

Sebaliknya ketika musim kemarau, banyak wilayah yang kekurangan air akibat keringnya air tanah. Kondisi yang tidak menentu ini pastinya sangat memprihatinkan. Berangkat dari itu, Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) menyelenggarakan kegiatan Biosafari, yakni pelatihan pembuatan biopori bagi para pelajar di Jakarta.

Ketua KOPHI, Ketherina Liandy, mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk partisipasi KOPHI dalam memperingati Hari Air Dunia yang jatuh pada 22 Maret 2013 lalu. “Apalagi kini, persediaan air tanah dikabarkan terus menipis akibat berkurangnya daerah resapan dan  penyedotan air tanah yang tidak terkendali,” ujarnya.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian para pelajar terhadap kondisi lingkungan.

“Selain itu, juga untuk memberikan pemahaman tambahan akan pentingnya pelestarian air. Terlebih, kondisi kualitas maupun kuantitas air di perairan Indonesia saat ini dikabarkan terus mengalami penurunan,” tuturnya.

Dia menerangkan, pelatihan pembuatan biopori dipilih karena pembuatan biopori merupakan salah satu solusi efektif yang dapat dilakukan untuk menambah cadangan air dan  menanggulangi kelangkaan air.

“Bukan hanya mudah dibuat, biopori dinilai efektif karena tidak memerlukan banyak biaya,” kata Ketherina.

Lebih lanjut, dia menyampaikan, walaupun terlihat sangat sederhana lubang biopori ternyata juga sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah. “Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengadakan kegiatan pelatihan ini kepada para pelajar,” tuturnya.

Kegiatan Biosafari  itu sendiri diadakan di SMA Regina Pacis, Palmerah, Jakarta dan diukuti oleh 30 pelajar yang tergabung dalam Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Recis. “Kedepannya, kami juga berencana untuk mengadakan Biosafari di sekolah-sekolah lain,” pungkasnya.

Disisi lain, Pembina KIR SMA Recis, Heri menyampaikan, pihaknya sangat mendukung adanya kegiatan Biosafari yang dilakukan KOPHI ini. “Pasalnya, melalui kegiatan tersebut rasa kepedulian para pelajar terhadap lingkungan bisa lebih meningkat dan  makin baik lagi.  Cheerli

Share