Article - Berita -
Krisis Air Mengancam Dunia
Krisis Air Mengancam Dunia31 Januari 2013 Sungguh ironi, kondisi air sumur yang tercemar oleh alga dan amphibi ini, ternyata menjadi sumber air utama warga di wilayah Assam, Kutcha, India. Sebagai sumber kehidupan, air memang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Tanpa air, bisa dikatakan kehidupan tidak akan ada. Sebab, air merupakan salah satu syarat utama untuk pembangunan manusia dan ekonomi. Tetapi, tahukah anda bahwa saat ini setidaknya 780 orang atau sekitar 1 dari 7 manusia tidak memiliki akses akan air bersih. Selain itu, lebih dari 2,5 miliar orang belum mendapat akses sanitasi layak. Seperti yang dilansir dari water.org, saat ini dunia dikatakan sedang mengalami krisis air. Buktinya, kian hari semakin banyak negara yang dilanda bencana kekurangan maupun kekeringan air. Diantaranya seperti Uganda, Kenya, dan India. Dalam salah satu artikelnya, water menuliskan bahwa di wilayah Assam, Kutcha, India sebagian besar masyarakatnya ternyata kerap mengkonsumsi air kotor dari sumur yang telah tercemar oleh berbagai macam alga dan pakis. Lebih parah dari itu, sumur yang menjadi sumber air utama masyarakat, ternyata juga telah dicemari oleh amphibi dan serangga seperti, laba-laba dan nyamuk yang tinggal dan bersarang di dalamnya. Menurut salah satu pengamat lingkungan di India, kondisi sumur seperti itu disebabkan karena sumur yang dibuat tidak memiliki dasar beton, sehingga mudah terkontaminasi dengan daerah sekitar yang memang sudah tercemar. Akibatnya, warga di Assam dikabarkan sering terjangkit berbagai macam penyakit terkait air dan sanitasi seperti, diare dan penyakit kulit. Di Assam hingga kini akses air minum aman dan sanitasi layak memang belum tersedia dengan baik. Sebab, selain merupakan daerah perdesaan dengan kondisi ekonomi menengah kebawah, sebagian besar warga di wilayah ini juga masih bergantung pada air hujan dan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesulitan air ternyata bukan hanya terjadi di sejumlah negara berkembang maupun miskin saja. Faktanya, dalam situs resminya WWF menyatakan bahwa negara kaya saat ini juga mengalami krisis air.Pada salah satu laporan yang berjudul “Rich Countries, Poor Water” memaparkan, krisis air tengah mengglobal ke sejumlah negara maju layaknya Austalia, Spanyol, Jepang, Inggris dan Amerika. Selain disebabkan karena adanya perubahan iklim yang cukup ektrem, hal tersebut juga dipacu oleh hilangnya lahan basah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air. Hal ini biasanya berkaitan erat dengan pembangunan infrastruktur yang kiat pesat, sehingga menghilangkan daerah resapan. Kondisi tersebut pastinya sangat memprihatinkan, sebab telah jelas terlihat banyak kerugian yang diakibatkan oleh buruknya kondisi air dan sanitasi yang mengancam saat ini. Water menuliskan, bukan hanya mempengaruhi kesehatan, krisis air global juga menyebabkan krisis ekonomi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2008 menyatakan, krisis air membuat lebih dari 3,4 juta orang meninggal setiap tahunnya karena terjangkit penyakit terkait air dan sanitasi. Selain itu, bencana tersebut juga menyebabkan kerugian akibat berkurangnya pendapatan karena harus membiayai keluarga untuk berobat ke dokter karena penyakit terkait air dan sanitasi tersebut. Bahkan, dari hasil survey United Nations Development Programme (UNDP) memperlihatkan bahwa adanya krisis air ini membuat 443 juta hari sekolah hilang tiap tahunnya karena banyak anak didik yang terjangkit penyakit seperti diare, muntaber maupun penyakit kulit. Dengan semua ini, tidak heran bila kini perbaikan kondisi air dan sanitasi kian gencar dilakukan sejumlah negara dunia, termasuk Indonesia. Salah satu bukti konkritnya pemerintah Indonesia kini melakukan perbaikan kondisi air minum dan sanitasi dengan adanya penambahan sarana maupun prasana terkait kedua sektor tersebut. Cheerli
Artikel Terkait |