Josrizal, Mantan 'Wali Kota WC' Tak Kenal Kompromi
07 April 2014
Dibaca : 1281 kali
Siapa yang tak mengenal Josrizal Zain di Kota Payakumbuh, Sumatara Barat. Mantan wali kota yang memimpin Payakumbuh selama sepuluh tahun ini oleh warganya dikenal sebagai "Wali Kota WC" dan "Wali Kota Sampah". Jangan salah, ini bukan penghinaan. Julukan itu adalah pengakuan atas keberhasilan lelaki kelahiran Bukittinggi pada 64 tahun lalu tersebut membereskan sanitasi dan problem sampah kota.
Selama dipimpin Josrizal, Payakumbuh telah berubah wajah. Sewaktu Josrizal mulai menjabat, sekitar 80 persen rumah di Payakumbuh tak punya kamar mandi yang layak. "Masih banyak orang yang buang air langsung ke sungai atau ke parak (kebun)," ujar Josrizal. Jumlah WC di sekolah pun sangat terbatas, rata-rata satu unit digunakan 500 murid. Wajah suram sanitasi ini telah berubah total. Saat Josrizal meninggalkan jabatannya pada 2012, rumah tanpa WC tinggal 20 persen. Di sekolah, jumlah WC berlipat ganda hingga dengan perbandingan satu WC untuk 30-50 siswa.
Josrizal juga mempopulerkan gerakan Bank Sampah. Sampah yang menjadi beban pemerintah kota disulap menjadi sumber pendapatan penduduk. Sampah dipilah dalam empat wadah: sampah organik, organik kertas, anorganik plastik atau botol, serta sampah berbahaya dan beracun. Sampah plastik, misalnya, langsung dijual. Adapun sampah basah diolah menjadi pupuk kompos. Agar efektif, pos-pos Bank Sampah disediakan di setiap kelurahan, sekolah, dan pasar.
Menjelang lengser dari jabatan wali kota, Josrizal berpamitan dan meminta maaf kepada warganya. Dia berkeliling ke setiap kelurahan. Sewaktu berpamitan itu, sejumlah tokoh masyarakat Payakumbuh mendorong Josrizal untuk berkiprah di pentas nasional. Salah satunya lewat jalur lembaga legislatif. Awalnya, Josrizal mengaku setengah hati menjadi calon legislator. "Sepuluh tahun jadi wali kota rasanya sudah cukup," ucap ayah lima anak itu. Namun tekadnya menguat setelah makin banyak pihak yang mendorong. Kata dia, "Saya siap berjuang." Kini dia menjadi calon legislator dari Partai Demokrat untuk duduk di parlemen.
Bila kelak terpilih menjadi anggota DPR, Josrizal berjanji memaksimalkan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan pemerintah. "Saya ingin kebijakan pemerintah berpihak pada kebutuhan dasar masyarakat," ujarnya.
Dia juga menolak jika menjadi anggota Dewan harus mendanai partai. "Kalau harus cari proyek untuk setoran ke partai, sejak sekarang saya tak usah jadi caleg saja." Begitu pula jika Josrizal harus dihadapkan kepada keputusan sulit: mementingkan partai atau konstituen. "Kalau dipaksa juga, saya akan keluar. Saya tidak akan berkompromi."