Capai Target Universal Access, Pokja AMPL Galang Dukungan Mitra 08 April 2015 Penghujung Maret 2015 lalu, Pokja AMPL Nasional mengadakan Water Partner Group Meeting untuk menggalang dukungan dari para mitra pembangunan AMPL pada sejumlah upaya peningkatan akses air minum dan sanitasi yang telah diinisiasi Pokja. Diantaranya seperti Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM), Bauran Air Domestik, Penampungan Air Hujan, dan National Water and Sanitation Information Services (Nawasis). Ketua Pokja AMPL Nasional, Nugroho Tri Utomo mengatakan bahwa sejumlah program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kondisi akses air minum dan sanitasi di Indonesia. Terlebih pada 2019 mendatang, Pemerintah mencanangkan target 100% akses air minum dan sanitasi . Dimana pada akhir 2019 seluruh masyarakat Indonesia harus sudah mendapatkan akses air minum dan sanitasi layak. Menurut Nugroho, mewujudkan target 100% bukanlah hal mudah. Apalagi, ada sejumlah kendala yang dihadapi seperti menurunnya kualitas dan kuantitas sumber air baku. Ditambah, pada 20 tahun mendatang kebutuhan air masyarakat Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan. Dalam mengatasi hal tersebut dukungan dari semua pihak sangatlah diperlukan, alasan itu juga yang mendasari adanya pertemuan ini. Bukan hanya menggalang dukungan mitra, dalam kesempatan itu Nugroho juga memaparkan tentang berbagai inisiasi yang telah dilakukan Pokja. RPAM misalnya, kata Nugroho program ini merupakan salah satu terobosan pengamanan air dari hulu ke hilir. Tujuan RPAM ialah menyediakan air bersih yang memenuhi standar 4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas,dan Keterjangkauan). Saat ini, RPAM telah diujicoba pada sejumlah daerah di Indonesia. Harapan kedepannya ,semua pemerintah daerah dapat mengaplikasi RPAM sebagai upaya dalam peningkatan akses air minum kepada masyarakat. Nugroho menambahkan, kini Pokja AMPL juga tengah mengembangkan Tools Bauran Air Domestik yang akan membantu para pemangku kepentingan untuk menentukan cara efektif dan efisien dalam memanfaatkan seluruh sumber air baku. Tidak hanya dapat digunakan oleh pemerintah, tools tersebut bisa dipakai oleh operator dan konsumen dengan berbagai skenario yang akan disesuaikan dengan sudut pandang masing-masing pihak. Tools ini juga dapat digunakan PDAM sebagai bahan pertimbangan pemanfaaan sumber air baku berpotensi lainnya. Selanjutnya, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum Pokja pun sedang menghidupkan kembali Penampungan Air Hujan (PAH). Program nasional PAH sendiri akan ditargetkan untuk skala individu, komunal, dan kabupaten/kota, baik penggunan domestik maupun komersial. Kata Nugroho, dalam mendukung semua program yang tengah dijalankan ada banyak yang dapat dilakukan mitra, seperti memberikan dukungan pendanaan, implementasi dan replikasi, hingga pengembangan tools program. Sejalan dengan tujuan acara, pada kesempatan ini banyak dukungan positif yang Pokja dapatkan dari mitra. Salah satunya dari KFW, lembaga donor asal Jerman, yang menyatakan bahwa inisiasi Pokja dapat disinergikan dengan program yang dijalankan KFW. Terkait hal itu, KFW meminta Pokja AMPL untuk dapat menyerahkan proposal kerjasama pada April 2015 ini. Dukungan positif lainnya juga datang dari USAID yang menginformasikan bahwa beberapa daerah dampingan IUWASH telah melaksanakan aksi pembangunan sumur resapan. Setidaknya ada sebanyak 920 sumur di Kota Salatiga dan Malang. Dengan banyaknya dukungan dari para mitra, kedepannya Pokja AMPL akan secara rutin mengadakan pertemuan dengan para mitra. Harapannya melalui pertemuan tersebut pencapaian target 100% akses air minum dan sanitasi untuk masyarakat Indonesia dapat terealisasi dengan baik dan mendapatkan hasil maksimal. Cheerli
Artikel Terkait |