Belajar Mengelola Air Buangan dari Singapura (Maraita Listyasari)
22 November 2012
Dibaca : 18584 kali
Kebutuhan
air minum semakin hari dirasakan semakin meningkat. Hal ini tidak hanya
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, tetapi juga
meningkatkan volume pemakaian air terkait dengan meningkatnya kualitas hidup
dan tingkat perekonomian masyarakat. Berbagai upaya pemenuhan kebutuhan air
minum bagi masyarakat telah dilakukan, baik oleh PDAM sebagai pelaku utama
penyedia air minum, terutama di daerah perkotaan, ataupun secara mandiri oleh
masyarakat melalui berbagai program penyediaan air minum berbasis masyarakat
seperti PAMSIMAS atau Program Master Meter. Beberapa program terkait lainnya,
seperti penyediaan Hibah Air Minum dan Peningkatan Kapasitas Pengelola Air
Minum.
Namun
demikian, ketersediaan sumber air baku menjadi salah satu kendala utama dalam
pengembangan layanan air minum bagi masyarakat. Keberadaan air baku dalam
jumlah yang cukup, kualitas yang baik, serta kontinu menjadi suatu keniscayaan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh rendahnya kualitas pengelolaan sanitasi yang
menimbulkan pencemaran pada badan air permukaan, baik berskala besar ataupun
sumber air minum yang berada di rumah tangga (sumur gali). Untuk itu,
pengembangan sumber air alternatif menjadi salah satu upaya yang perlu
diupayakan guna memastikan ketersediaan sumber air baku bagi air minum.
Prioritas
penyediaan sumber air baku tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) 2010-2014 sebagai bagian dari penyediaan air minum bagi
masyarakat. Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa perlu dilakukan
pengembangan teknologi untuk penyediaan sumber air alternatif, seperti
reklamasi air.
Dalam
rangka melaksanakan mandat tersebut, maka Pemerintah Indonesia bekerja sama
dengan Pemerintah Singapura dan ADB untuk meningkatkan kapasitas pemerintah
dalam pengembangan dan implementasi pengelolaan air reklamasi. Dengan
pengalaman yang telah dilakukan oleh Pemerintah Singapura dalam pengembangan
dan pemanfaatan air reklamasi sebagai alternatif sumber air diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pemerintah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Siapa
sangka bahwa Singapura yang saat ini terkenal sebagai negara kecil yang menjadi
salah satu pusat bisnis di kawasan Asia pada 40 tahun yang lalu memiliki
kondisi yang sangat berbeda. Ketersediaan sumber air baku yang sangat terbatas,
banjir yang seringkali terjadi, penanganan sanitasi yang kurang memadai
sehingga mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Menyadari kondisi tersebut,
maka mulailah dilakukan transformasi. Ada 2 fase yang dilakukan:
- Tahap 1: Penanganan Kondisi Dasar, selama kurun
waktu tahun 1965-2000. Tema yang diangkat adalah Tackling the Basics;
- Tahap 2: Pengembangan pengelolaan air, selama
kurun waktu tahun 2001-2006. Tema yang diangkat adalah Water for All: Conserve, Value, Enjoy.
- Tahap 3: Beyond 2006: Mengintegrasikan isu
lingkungan dengan sektor lainnya. Tema yang diangkat adalah The Future – Integrating with the
Environment and the World.
Dari
tema yang diangkat itulah kemudian diterjemahkan kedalam berbagai program dan
kegiatan:
- Water for
All; menggambarkan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Singapura untuk
memastikan ketersediaan sumber air minum. Ada 4 sumber air minum (4 National Tap), yaitu: melalui pengambilan
dari sumber air setempat (local catchment),
pembelian air dari negara tetangga (imported
water), NEWater (pemanfaatan kembali air reklamasi) dan pengolahan air laut
(desalinated water).
- 3 Approaches:
conserve water, value our water, enjoy our water. Sub tema ini
menggambarkan berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya upaya konservasi air, menghargai nilai air sehingga rasa
kepemilikan dan kepedulian masyarakat terhadap upaya konservasi dapat
meningkat. Selain itu, dengan meningkatkan keterkaitan antara ketersediaan air
dengan berbagai kegiatan rekreasi, membuktikan bahwa berbagai kegiatan
konservasi dapat dilakukan secara sinergi dengan sektor pariwisata sekaligus
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Berbagai
upaya tersebut berada dibawah koordinasi Kementerian Lingkungan Hidup dan
Sumber Daya Air, yang terbagi lagi menjadi:
- National
Environmental Agency; untuk memastikan keberlanjutan kualitas lingkungan
hidup di Singapura (tanah, air dan kesehatan lingkungan).
- Public
Utility Board (PUB); untuk memastikan ketersediaan air secara efisien,
jumlah yang cukup dan kontinu. Dalam menjalankan mandatnya, PUB bertanggung
jawab untuk mengelola siklus air yang penuh, mulai dari penyediaan,
pengumpulan, pengolahan dan penyaluran air minum.
Saat
ini, program yang dilakukan adalah ABC
Water Program, yang terdiri dari:
- Active,
melalui
- Menyediakan
lahan baru untuk masyarakat
- Mendekatkan
masyarakat pada air dan isu terkait dengan ketersediaan air
- Membangun
rasa kepemilikan terhadap air
- Beautiful,
melalui
- Mengintegrasikan
reservoir dan jalur aliran air dengan lansekap perkotaan
- Melakukan
upaya lebih dari penanganan banjir dan penyimpanan air
- Menciptakan
gaya hidup dan atraksi yang menarik terkait dengan air
- Clean,
melalui
- Meningkatkan
kualitas air
- Melakukan
edukasi publik
- Membangun
hubungan antara masyarakat dan air
Used Water Management
Agar
mendapatkan perseps yang lebih positif dari masyarakat, Pemerintah Singapura
menggunakan terminologi Used Water
Management (Pengelolaan Air Buangan) dibandingkan dengan Waste Water Treatment (Pengolahan Air
Limbah). Pengelolaan air buangan tersebut ditujukan untuk: (1) mencegah
kontaminasi dan penyebaran penyakit, (2) melindungi sumber air, dan (3)
mendapatkan alternatif sumber air baku (air reklamasi).
Gambar 1
– Skema Pengelolaan Air Buangan di Singapura
Hampir
seluruh wilayah di Singapura ini (luas lahan 710 km2, dengan total penduduk
sekitar 5,1 juta jiwa) telah dilayani oleh sistem perpipaan terpusat, baik yang
berasal dari domestik (rumah tangga) ataupun dari daerah komersial dan industri
(setelah mendapatkan pengolahan pendahuluan/pre-treatment). Untuk melayani
kebutuhan tersebut, tersedia sistem perpipaan, pengumpulan dan pengolahan yang
saat ini tengah dikembangkan. Dari 6 unit instalasi pengolahan, direncanakan
akan dipindahkan sehingga untuk melayani seluruh wilayah hanya akan
dioperasikan 2 unit pengolahan terpusat dengan sistem perpipaan bawah tanah (deep tunnel sewerage system).
Gambar 2 – Deep
Tunnel Sewerage System
NEWater
Seperti
yang telah disampaikan sebelumnya, dalam memastikan ketersediaan air bagi
negaranya, Singapura memiliki 4 sumber air baku. Salah satunya adalah
memanfaatkan kembali air reklamasi. Pemanfaatan air reklamasi tersebut pada
dasarnya adalah melengkapi siklus air yang dikelola PUB sehingga Singapura
telah mengembangakan pengelolaan air dalam suatu siklus tertutup (close loop).
Gambar 3
– Siklus Pengelolaan Air Singapura
Air
reklamasi yang digunakan berasal dari air olahan dari instalasi pengolahan air
buangan (limbah), baik domestik ataupun industri. Seperti halnya berbagai
negara maju lainnya, Singapura memiliki sistem pengolahan sanitasi yang
terpusat (sewerage system). Hampir
seluruh wilayah di Singapura (99%) telah dilayani oleh sistem perpipaan air
limbah. Pada awalnya air olahan ini
dialirkan langsung ke badan air, seperti sungai dan laut. Namun, untuk menjaga
ketersediaan air di masa yang akan datang, maka air olahan digunakan untuk 2
hal, yaitu:
- a.
Direct
Non-Potable Use; terutama untuk
penggunaan air untuk pendingin bagi rumah sakit, bangunan komersial dan kantor;
serta sebagai bagian dari proses industri. Sebelum menggunakan NEWater,
industry (seperti Apple) menggunakan air perpipaan dari instalasi pengolahan
air minum. Upaya ini merupakan bagian dari Strategi Pengalihan (Replace Strategy) sehingga lebih banyak
air yang tersedia dari pengolahan air minum yang digunakan untuk keperluan
domestik. Pemanfaatan NEWater akan terus meningkat, direncanakan akan mencapai
40% dari kebutuhan air Singapura pada tahun 2020.
- Indirect
Potable Use; yaitu dengan menyimpan air reklamasi ini ke dalam reservoir
untuk kemudian diolah kembali agar mengandung berbagai mineral yang diperlukan
oleh tubuh. Saat ini hanya sekitar 5% saja yang dimanfaatkan sebagai air baku
air minum. Walaupun demikian, kualitas air yang NEWater telah memenuhi standard
baku mutu yang ditetapkan oleh USEPA dan WHO. Hasil tes pathogen menunjukkan
tidak ditemukan adanya efek karsinogenik jangka panjang dan tidak adanya efek
estrogen.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah SIngapura,
yang didukung dengan ketersediaan sumber daya dan dukungan politis yang sangat
kuat, telah membawa Singapura menjadi negara terbaik dalam pengelolaan air
minum di dunia. Dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan air minum dan
sanitasi di Indonesia, berbagai pengalaman dapat diambil dan disesuaikan dengan
kondisi Indonesia. Berbagai catatan mengenai praktek terbaik yang telah
Singapura lakukan hingga saat ini dalam pengelolaan air dan sanitasi adalah
sebagai berikut:
Melibatkan partisipasi dari berbagai pihak dalam
pengembangan teknologi untuk mengatasi permasalahan air dan sanitasi.
Pemerintah Singapura memberikan award, hadiah uang tunai sebesar S$300,000 dan
memberikan
- medali
emas kepada pihak yang dapat memberikan penyelesaian terhadap permasalah
global dengan menerapkan teknologi ‘groundbreaking’ sebagai upaya melaksanakan
kebijakan dan program pemerintah. Selain itu, R&D dilakukan bekerja sama
dengan perguruan tinggi, supplier, bahkan swasta.
- Komprehensif; tidak hanya pengelolaan suplai
tetapi juga demand, baik domestik dan juga non-domestik (industri). Dimulai
dari penetapan tariff yang mampu merefleksikan pentingnya nilai air, mengurangi
kebocoran dari sistem, hingga mengurangi tingkat pemakaian air oleh konsumen.
Saat ini tingkat kehilangan air di Singapura hanya mencapai 5% saja. Untuk
pengurangan tingkat pemakaian air, Pemerintah Singapura menjalankan Program
Konservasi Air (Water Conservation Programs),
dengan tema Tantangan 10 Liter (10-Litre
Challenge). Dengan menjalankan program ini, telah terjadi penurunan
pemanfaatan dari 160 liter perorang perhari di Tahun 2005 menjadi 154 liter
perorang perhari di Tahun 2010. Diharapkan angka ini terus menurun hingga 147
liter perorang perhari di Tahun 2020.
Gambar 4
– Program Pengelolaan Kebutuhan Air Domestik dan Non-Domestik
- Keterkaitan
isu air dengan berbagai sektor lainnya
- Pengelolaan
air buangan yang ditujukan bagi penyediaan sumber air alternatif merupakan hal
yang sangat efektif untuk dilakukan. Ketika kualitas air olahan mencapai
standard kualitas baku maka tingkat pemanfaatan air olahan dapat ditingkatkan.
Dampaknya, air minum yang tersedia dapat melayani lebih banyak penduduk.
- Pengembangan
industri air. Air menjadi sector prioritas di SIngapura. Tidak hanya disebabkan
isu keterbatasan air, tetapi pemerintah juga mampu menghubungkan isu air dengan
kehidupan sehari-hari bahkan perekonomian negara. Berbagai industri muncul dari
sektor air ini, seperti yang terkait dengan pariwisata ataupun industri yang
terkait dengan toknologi pengolahan air (dan sanitasi).
- Upaya
edukasi publik dilakukan secara komprehensif dan visioner
- Dibangunnya
berbagai diorama yang menjelaskan ‘perjalanan’ pengembangan air minum (dan
sanitasi) di Singapura
- Promosi
penggunaan air reklamasi untuk air minum, mulai dari legislative, pemerintah,
artis dan tokoh masyarakat. Upaya ini untuk mempersiapkan bila di masa yang
akan datang NEWater ini menjadi sumber utama air minum Singapura.
- Strategi
komunikasi yang tepat
- Menggunakan
branding program yang mudah untuk dikenal dan ditangkap masyarakat, seperti ABC
Water Program
- Pemanfaatan kata-kata untuk branding dalam
berbagai media komunikasi, misal: ‘used water’ vs ‘waste water’; ‘NEWater’ vs ‘reclaimed water’; dan ‘water reclamation’ vs ‘sewage treatment’.
Kesimpulannya dari pembelajaran mengelola air
buangan dari Singapura adalah :
- Untuk mencapai kondisi sanitasi dan penyediaan
layanan air minum yang ideal memang tidak mudah, tetapi mungkin untuk
dicapai. Berbagai syarat utama penentu
keberhasilan Singapura adalah:
- Komitmen
Pemerintah yang kuat serta didukung oleh politisi. Arah kebijakan yang jelas serta
didukung dengan ketersediaan sumber daya menjamin keberhasilan program.
- Keterlibatan
berbagai pihak, tidak hanya dalam lingkup kementerian, bahkan akademisi, swasta
dan berbagai pihak lainnya, termasuk media.
- Adanya
driving factor yang memicu
perencanaan dan pelaksanaan program air. Driving
factor (faktor pendorong) keberhasilan program pengelolaan air yang sangat
mengemuka adalah keterbatasan ketersediaan sumber air baku untuk air minum.
- Konsistensi pelaksanaan program sangat terlihat
dari berbagai sisi. Pelaksanaan program tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,
tetapi juga didukung oleh masyarakat.
- Sadar bahwa masyarakat tidak hanya sebagai objek
tetapi subjek, maka program edukasi dan promosi yang dilakukan kepada
masyarakat dilakukan dengan sangat sistematis dan komprehensif.
Berbagai
rekomendasi yang dapat disampaikan sebagai masukan bagi peningkatan kinerja
pengelolaan air buangan –serta penyediaan air minum- bagi masyarakat adalah:
- Perlunya peningkatan semangat dan komitmen untuk
perubahan. Tidak hanya berlindung dari kompleksitas permasalahan dan kondisi
yang dihadapi, tetapi dengan melihat upaya transformasi yang dilakukan
Singapura, semakin membuktikan bahwa perbaikan kondisi sanitasi dan layanan air
minum masyarakat adalah hal yang mungki untuk dilakukan.
- Peningkatan komitmen diterjemahkan dalam
penyusunan program yang disertai dengan tahapan implementasi yang jelas dan
konsisten.
- Pelibatan berbagai pihak sangat diperlukan,
tidak hanya pada saat perencanaan, namun juga saat implementasi. Untuk itu,
upaya advokasi dan promosi berbagai produk perencanaan yang tengah dilakukan
Tim Reformasi Birokrasi di Bappenas sangat relevan untuk dilanjutkan.
- Pelibatan masyarakat menjadi sangat penting,
karena masyarakat tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek dalam
pengelolaan air. Untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi, tidak hanya
difokuskan pada upaya promosi tetapi juga pada perencanaan lingkup kegiatan
yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian, upaya promosi tidak
hanya sebatas pemberian pengetahuan tetapi juga memberikan arah yang jelas
kepada kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat.
- Pemanfaatan air reklamasi di Indonesia sangat
potensial untuk dilakukan. Ini terlihat dari sisi suplai (volume air buangan)
dan sisi demand (kebutuhan air) yang semakin meningkat terkait dengan jumlah
penduduk yang semakin bertambah. Namun demikian, upaya pengembangan ini perlu
didukung dengan berbagai langkah seperti penetapan standard, penyiapan
legislasi hingga promosi kepada masyarakat sebagai user.