Belajar Jauhi Banjir dari Surabaya

18 Desember 2014
Dibaca : 2776 kali

 Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan dan merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Timur. Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan untuk wilayah timur Indonesia. Memiliki luas 33.048 Ha dengan jumlah penduduk mencapai 3,5 juta jiwa, kota Surabaya terletak di dataran rendah dan dilalui oleh kali yang langsung menuju laut. Banjir yang datang setiap musim penghujan tiba mebuat Surabaya membutuhkan sistem drainase yang baik guna mencegah maupun mengurangi dampak banjir.

Pengelolaan sistem drainase yang dimiliki Surabaya saat ini sudah memiliki dasar yang baik dengan adanya master plan drainase. “Setiap pembangunan yang akan dilakukan harus saling terkait dengan sektor lain. Contohnya dalam pembangunan saluran box culvert, maka di atas jalur pemasangan box culvert perlu dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas umum yang lain, seperti jalan raya atau pedestrian” kata Ganjar Siswo Pramono, Kabid Perancangan dan Pemanfaatan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya.

Sebagai sarana pengendali banjir, terdapat banyak saluran di Surabaya, seperti saluran primer, sekunder dan tersier. Selain itu terdapat pula sungai utama yang membelah kota seperti Kali Surabaya dan Kali Wonokromo. Secara geografis letak kota Surabaya terletak di hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang cukup luas, sehingga berpotensi mendapat kiriman banjir dari wilayah hulu.

Untuk penanggulangan banjir, Surabaya telah menyiapkan bozem-bozem ukuran besar atau kecil untuk tempat penampungan air. Pompa air dan pintu air pun dipastikan berfungsi dengan baik. Posko banjir disiapkan 24 jam dilengkapi dengan peralatan dan material tanggap bencana. Personil lapangan untuk penanggulangan banjir ini disebut Satgas Pematusan.

Pada saat pertama dibentuk tahun 2011, anggota Satgas Pematusan adalah sebanyak 60 orang. Kini, setelah hasil pekerjaannya dianggap efektif jumlahnya terus bertambah setiap tahun. “Tahun 2014  jumlah personilnya sudah 450 orang yang dibagi dalam 5 rayon” ujar Syamsul Hariadi, Kabid Pematusan Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya.

Menurut Syamsul, dalam segi pembiayaan dan pekerjaan, penggunaan satgas lebih efisien dan dapat dipekerjakan terus menerus dibandingkan lelang yang hanya bisa dianggarkan sekali setahun. Untuk mengoptimalkan penanggulangan banjir, sebanyak 47 unit dump truck, 24 unit excavator, 7 unit mobil patroli, 5 unit ponton, 3 unit mobil pompa, 1 unit mobil genset, serta 1 unit trailer dimiliki Dinas PU Kota Surabaya untuk membantu operasional para Satgas Pematusan di lapangan.

Syamsul menambahkan,”Dalam pelaksanaan, program kegiatan selalu dipantau langsung oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. “Ibu bisa menghubungi kita kapanpun dengan menggunakan HT. Satgas Pematusan sangat diandalkan oleh Pemkot Surabaya dan warga Surabaya, karena selain melaksanakan pemeliharaan saluran secara rutin mereka juga mau jika diminta warga untuk membantu kegiatan membersihkan saluran drainase di lingkungan warga.” jelas Syamsul.

Bozem-bozem dibuat untuk membantu menampung sementara debit air yang berlebih jika turun hujan. Selain bozem yang ukurannya besar, dibuat juga mini bozem di daerah terbuka/umum atau lingkungan perumahan penduduk. Ada 5 bozem besar yang dimiliki Surabaya antara lain Bozem Morokrembangan, Bozem Wonorejo, Bozem Kalidami, Bozem Bratang dan Bozem Kedurus.

Dengan pasang air laut yang tinggi, Kota Surabaya tidak dapat mengandalkan gravitasi untuk mengalirkan air ke laut. Oleh karena itu, dibangun banyak rumah pompa guna membantu memompa air dengan cepat. Dari rencana 76 rumah pompa, saat ini baru terbangun 54 rumah pompa yang sebagian dilengkapi mechanical screen (alat penyaring sampah agar tidak masuk ke mesin pompa). Untuk mencegah masuknya air laut juga dibangun beberapa pintu air. Sampai saat ini sudah terbangun 9 unit pintu air elektrik.

Kota Surabaya sudah melakukan koordinasi dan pembentukan jaringan kerja dengan instansi baik horizontal maupun vertikal, dan lembaga non pemerintah. Adanya kepedulian warga dalam menjaga kebersihan lingkungan juga memberikan kontribusi positif bagi penanganan banjir. Saat ini kepedulian masyarakat Surabaya terhadap kebersihan lingkungan dan kebersihan sistem drainase di sekitarnya dirasa sangat solid. Ini terlihat dari seringnya kegiatan  kerja bakti antara warga, kelurahan, kecamatan yang juga dibantu oleh personil Satgas Pematusan.

Harapannya, contoh positif dari Kota Surabaya ini dapat diaplikasikan di daerah lain, sehingga bisa jauh dari banjir saat musim hujan tiba. (MCH)   

 

Share