|
WONOGIRI--MIOL:: Musim kering tahun ini benar-benar membuat wilayah Wonogiri selatan kering kerontang. Sedikitnya 59 ribu warga yang tinggal di lima kecamatan di kawasan selatan semakin sulit mendapatkan air bersih secara murah. Mereka sejak Juli lalu harus membeli air dengan harga tidak murah. "Ini memang bencana kekeringan tiap tahun. Tapi kita terus menyikapinya secara serius. Setidaknya jumlah warga sulit air bersih di kawasan selatan terus kita tekan, setelah Pemkab berhasil membangunkan embung-embung (tandon air, red), dan juga pipanisasi ke pelosok pedesaan. Dua tahun lalu, jumlah warga rawan air bersih mencapai hampir 100 ribu jiwa, kini terus menyusut tinggal sekitar 59 ribu," tegas Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi kepada Media, Senin (12/9). Begug paparkan, upaya menghindarkan warga kawasan Wonogiri selatan dari ancaman kekeringan memang bukan merupakan pekerjaan mudah, karena daerah itu tidak memiliki sumber air kecuali telaga-telaga yang sejak empat bulan ini telah kering. Karena itu selain membangun embung-embung air, maka untuk mendapatkan sumber air yang sangat langka, Pemkab Wonogiri harus bekerjasama dengan Pemkab Wonosori (Gunung Kidul, DI Yogjakarta) yang memiliki sumber air Bribin. Dengan cara itu maka air bisa ditarik ke kawasan Pracimantoro dengan menggunakan pipa. Sementara itu Camat Pracimantoro Teguh Setiyono menegaskan untuk mendapatkan air bersih yang sangat langka itu, warga tidak mungkin mengandalkan pasokan air dari PDAM. "Ya warga harus membeli air dari pihak swasta yang saat ini semakin banyak masuk ke desa-desa. Kalau mengandalkan PDAM, baru seminggu atau dua minggu dapat jatah, padahal tandon air sudah kering betul," tukasnya. Sutarno, warga desa Sumber Agung, Pracimantoro menyatakan untuk mencukupi kebutuhan air bersih, harus mengalokasikan anggaran. "Ya kami terpaksa harus menjual ternak kambing untuk mendapatkan air bersih. Untung kini semakin banyak swasta yang masuk ke desa, sehingga tidak perlu terlalu lama menunggu pasokan PDAM," kata Sutarno, petani gaplek yang menyatakan untuk mendapatkan air satu tangki berisi 5000 liter, harus punya uang minimal Rp 60 ribu. Kekeringan tahun lalu, puluhan ribu warga yang tinggal di Wonogiri selatan harus belanja air dengan uang yang tidak sedikit. Selama empat bulan belanja air bersih, jumlah uang yang dikeluarkan para warga desa rawan air bersih itu mencapai Rp5 miliar lebih. "Air bersih di kawasan selatan pada musim kering seperti ini memang tidak murah. Karena itu kami juga menunggu uluran tangan dari pihak luar," imbuh Camat Teguh Setiono. Pemkab Wonogiri sendiri menurut Begug, disamping mengupayakan pembangunan sarana fisik air, maka juga mempersiapkan bantuan jika kekeringan masih terus berlanjut. "Kalau sampai akhir September hujan tidak turun, dan kemampuan masyarakat membeli air sudah habis, maka Pemkab melalui Bagian Sosial Ekonomi akan mengeluarkan bantuan," tegasnya sekali lagi. (Wj/OL-1) Post Date : 12 September 2005 |