|
WONOGIRI, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, terus mencari cara mengatasi kesulitan air yang dihadapi warga saat kemarau. Selain menyalurkan bantuan air bersih, selama beberapa tahun terakhir Pemkab Wonogiri mencari sumber air di wilayah Wonogiri bagian selatan yang selalu kekeringan. "Untuk mengatasi kekurangan air bersih, sudah sejak lama kami mencari sumber air di Wonogiri bagian selatan. Pencarian sumber air memang tidak mudah karena harus dilakukan di bawah tanah," ujar Bupati Wonogiri Begug Poernomosidi kepada Kompas, Senin (16/7). Selama ini daerah bagian selatan Wonogiri yang langganan kekeringan adalah Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, dan Giritontro. Jika musim kemarau panjang, kecamatan lain seperti Eromoko dan Giriwoyo juga ikut kekeringan. Mata air di Wonogiri bagian selatan harus dicari dengan menelusuri goa dan lubang di dalam bukit. Pada tahun 2005, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri menemukan sumber air bersih di Lubang (Luweng) Sapen yang kini dimanfaatkan oleh warga Desa Gebangharjo. Begug menegaskan, upaya mengatasi kekeringan juga dilakukan dengan menaikkan air dari Waduk Gajah Mungkur. "Kami juga akan mengangkat sedimentasi yang ada di waduk," ujar dia. Untuk mencegah perusakan hutan, pemkab menyalurkan pinjaman lunak kepada warga dalam bentuk penggemukan ternak. Ini dilakukan agar warga memiliki penghasilan sehingga tidak menebangi pohon. Hujan buatan Adapun Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Jateng Slamet Budi Prayitno menyampaikan, hujan buatan siap dilaksanakan Juli ini untuk mengisi kekurangan cadangan air di seluruh waduk di Jateng. Saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng masih menyiapkan pelaksanaan dan lokasinya. Modifikasi cuaca itu akan didanai pemerintah pusat dan Pemprov Jateng. Dengan hujan buatan, target produksi padi 500.000 ton diharapkan tercapai. Di Tegal, puluhan hektar sawah di Kelurahan Kaligangsa, Kecamatan Margadana, dirusak tikus. Kondisi itu diperparah dengan kurangnya air. Serangan tikus menyebabkan petani gagal panen. Kini mereka tak mampu berbuat banyak karena telah banyak mengeluarkan biaya, ditambah ketersediaan air untuk pengairan semakin minim. Selain sudah memasuki kemarau, Kaligangsa merupakan wilayah terjauh dari sumber pengairan.(WIE/MDN/SON) Post Date : 17 Juli 2007 |