|
BLORA - Warga di sejumlah desa di Blora yang kesulitan mendapatkan air bersih semakin bertambah. Sebelumnya, berdasarkan pendataan pemkab, desa yang mengalami krisis air bersih seiring datangnya musim kemarau 94 desa, kini meningkat menjadi 138 desa. Desa tersebut tersebar di 15 kecamatan dari 16 kecamatan di Blora. Kecamatan Kradenan yang sebelumnya tidak masuk dalam cakupan krisis air bersih, kini lima desa di kecamatan yang berbatasan dengan Ngawi (Jatim) itu dinyatakan rawan kekeringan. Hanya desa-desa di Kecamatan Sambong yang belum tercantum sebagai wilayah krisis air bersih. Namun diperkirakan dalam waktu dekat warga di kecamatan yang bersebelahan dengan Kecamatan Cepu itu juga akan mengalami krisis air bersih. ‘’Tinggal menunggu waktu saja, sebab kami memperkirakan krisis air bersih semakin meluas karena musim kemarau mendekati puncaknya,’’ ujar Kepala Bagian Sosial Sekretariat Daerah (Setda) Blora, Drs H Edy Pujiyanto MM, kemarin. Berdasarkan data yang dihimpun, kecamatan yang desanya paling banyak mengalami krisis air bersih adalah Ngawen (23 desa) dari sebelumnya hanya 8 desa. Selanjutnya, Kecamatan Kunduran dan Tunjungan masing-masing 14 desa. Kecamatan lainnya bervariasi antara 3 hingga 12 desa. Menurut Edy Pujiyanto, krisis air bersih ditandai dengan mengeringnya air sumur milik warga. Meski tetap berair, debitnya tidak mencukupi kebutuhan warga. ‘’Sudah banyak desa yang warganya mengajukan proposal permintaan bantuan air bersih kepada kami,’’ tandasnya. Dia memperkirakan, dana Rp 200 juta yang dianggarkan dalam APBD 2008 tidak cukup untuk memenuhi seluruh permintaan air hingga berakhirnya musim kemarau. Karena itu, bantuan dari Bakorlin I Pati, instansi pemerintah serta pihak swasta sangat diharapkan. (H18-76) Post Date : 21 Juli 2008 |