Wilayah Bencana Banjir Masih Terisolasi

Sumber:Koran Sindo - 17 September 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

MANDAILING NATAL (SI) – Penanganan korban bencana banjir bandang di enam desa di Kecamatan Muara Batang Gadis, Mandailing Natal (Madina) masih terhambat.

Buruknya cuaca membuat regu penolong belum berhasil masuk ke desa-desa tersebut. Camat Muara Batang Gadis Kabupaten Madina Indra Sakti mengatakan, hingga kemarin sore Desa Lubuk Kapondong I, Lubuk Kapondong II, dan Manuncang belum tersentuh bantuan karena terkendala transportasi. “Kita harus menempuh jalur sungai ke desa-desa yang dihantam banjir bandang Madina.

Ketiga desa itu belum bisa tersalur bantuan dalam bentuk apa pun,”katanya kemarin Enam desa yang dilanda banjir dengan genangan air mencapai 2 meter tersebut masing-masing Desa Rantau Panjang,Desa Lubuk Kapondong I,Lubuk Kapondong II, Saleh Baru, Kagilang, dan Desa Manuncang Julu. Bencana banjir bandang di Kecamatan Batang Gadis,Kabupaten Madina, terjadi Selasa (15/9) sekitar pukul 02. 00 WIB akibat meluapnya SungaiSulang Alingdan Sungai Aek Batang Gadis.Korban tewas dilaporkan 38 orang dan baru 11 jenazah yang ditemukan.

“Jumlah korban yang ditemukan dan hilang masih simpang siur karena masih terdapat tiga desa yang belum bisa diakses karena kondisiairsungaideras,”kataIndra. Namun, jumlah warga Muara Batang Gadis yang mengungsi diperkirakan sekitar 600–700 kepala keluarga (KK) atau 2.000 jiwa lebih yang sebagian besar terancam kelaparan karena pasokan bantuan belum bisa terkirim.

Sementara desa yang sudah bisa dikirim bantuan itu adalah Utaring Baru yang dihuni sekitar 300 KK.Dari pengamatan,separuh perkampungan tersebut sudah rata dengan tanah akibat hantaman banjir. “Bantuan juga telah dikirim ke sekitar 50 rumah di Desa Saleh Baru,”ujar Indra. Kondisi di wilayah bencana memang mempersulit tim evakuasi maupun tim pendistribusian bantuan. Dilaporkan kemarin, beberapa bantuan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina masih tertahan di Singkuang karena tak bisa melewati ruas jalan yang digenangi banjir sekitar 1 km.

“Kita berharap ada bantuan kapal sehingga pendistribusian lancar ke sejumlah desa yang masih terisolasi tersebut karena 2.000-an jiwa terancam kelaparan,” kata Indra. Bupati Madina Amru Helmy Daulay mengungkapkan, kondisi 2.000 jiwa sangat memprihatinkan karena ketersediaan makanan sangat kurang.Mereka kini mengungsi secara berkelompok-kelompok di bukit-bukit di desa. Amru yang mengaku masih bertahan di Desa Singkuang, Kecamatan Muara Batang Natal, karena belum berhasil menembus lokasi bencana mengatakan, sebanyak 625 rumah warga hanyut dan rusak disapu banjir bandang.

Rumah-rumah itu sebagian besar berada di sekitar Sungai Sulang Aling yang merupakan anak Sungai Batang Gadis. “Hampir seluruh warga keenam desa itu berada di pengungsian di bukit-bukit,”ujarnya kepada harian Seputar Indonesia (SI) kemarin. Dia mengaku penyaluran bantuan masih sulit karena medan yang berat, ditambah lagi peralatan yang minim. Untuk menuju lokasi bencana butuh waktu lima sampai tujuh jam dari Ibu Kota Panyabungan. Satu-satunya jalan harus melintasi Sungai Batang Gadis dan Sungai Sulang Aling.

“Kami masih kesulitan menyalurkan bantuan.Kami hanya punya dua speedboat ditambah beberapa kapal kecil. Tadi (kemarin) petugas kami baru sampai di lokasi dan mereka telah membawa bantuan seadanya,” katanya kepada SI kemarin. Amru menyatakan, kondisi alam di Kecamatan Muara Batang Gadis cukup tertinggal dibandingkan kecamatan lain di Madina.Selain sinyal telepon seluler yang belum tersedia, daerah ini berada di kawasan hutan yang jauh dari kota.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Linmas) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madina Sahnan Pasaribu mengatakan, hingga kemarin hujan deras terus mengguyur Kecamatan Muara Batang Gadis sehingga menyulitkan proses penanganan korban. Bantuan yang kini dipusatkan di Desa Singkuang untuk disalurkan harus melalui Sungai Batang Gadis.

Bantuan tersebut masih menumpuk di Desa Singkuang karena keterbatasan kendaraan pengangkut menuju desa tersebut.Bantuan makanan dan obat-obatan itu hanya dapat dibawa dengan menggunakan speedboat. Menurut dia, hanya ada tersedia tiga unit speedboat dan dua unit kapal berukuran kecil yang menjadi alat transportasi warga sehari-hari. “Memang bantuan sudah kami kirim kemarin.Tetapi hanya bisa memenuhi kebutuhan satu hari. Selain itu, dua orang dokter sudah pula kami berangkatkan ke lokasi musibah,” katanya.

Ia pun menambahkan bahwa bantuan yang disalurkan berupa 4 ton beras, 500 kardus mi instan, gula, kopi, 10 unit tenda,dan pakaian. Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Badrodin Haiti mengatakan, pihaknya sudah berupaya menurunkan tim ke lokasi bencana menggunakan helikopter milik Polri. “Tapi, heli tidak bisa mendarat karena cuaca sangat buruk. Makanya, bantuan makanan yang dibawa cukup dijatuhkan ke lokasi pengungsian,” katanya kepada SI kemarin.

Melihat kondisi medan yang jauh dan sulit dijangkau, Badrodin sudah berkoordinasi dengan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin agar secepatnya meminta bantuan helikopter, baik dari TNI maupun Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas). “Muatan helikopter Polri cuma tiga orang,makanya minta bantuan heli yang besar,”ujarnya. Memasuki hari kedua setelah banjir bandang menerjang enam desa itu, kata Badrodin, yang tiba di lokasi baru tim Polsek Muara Batang Gadis, dipimpin Kapolsek bersama lima personel.

“Sekarang personel Brimob juga sudah dikerahkan,”katanya. Sejauh ini, data yang diperoleh kepolisian, jumlah korban tewas sudah delapan jiwa dan dua lainnya masih dalam pencarian.”Jenazah yang ditemukan itu ada delapan,dua lagi masih dicari,”katanya. (zia ul haq/rusman siregar/ant)



Post Date : 17 September 2009