Waspadai Banjir!

Sumber:Pikiran Rakyat - 04 Januari 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANJIR bandang dan longsor di Kab. Jember Senin lalu menewaskan lebih dari 50 orang. Seperti biasa, bencana ini diduga karena disebabkan kerusakan hutan sehingga ketika curah hujan tinggi, tidak ada lagi yang bisa menahan lajunya air.

Dalam catatan harian ini, selama 2005 lalu, nyaris tidak ada provinsi yang tidak mengalami bencana banjir. Selama tahun itu, yang paling banyak menelan korban adalah banjir bandang. Ratusan orang meninggal tersapu. Banyak di antara mereka tidak ditemukan.

Jawa Barat tidak terkecuali. Struktur tanah yang labil serta pengelolaan tata ruang yang kurang baik serta penggundulan hutan yang tidak terkendali menyebabkan Jawa Barat rentan bencana. Tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah misalnya menunjukkan bahwa potensi bencana selalu ada di mana-mana.

Bencana biasanya hanya meninggalkan tangisan duka dan penyesalan. Setelah itu kita kembali kepada kesibukan dan rutinitas harian, termasuk merusak lingkungan. Meski ada pengakuan bahwa bencana adalah akibat lingkungan rusak, tidak pernah ada upaya serius untuk memulihkan kembali lingkungan hidup.

Karena itu mengambil pelajaran dari kasus di masa lalu, maka warga Jawa Barat, terutama mereka yang berisiko tinggi untuk waspada. Mereka yang bersisiko tinggi adalah keluarga yang tinggal di lereng-lereng bukit (gundul), atau mereka yang menetap di sepanjang daerah aliran sungai (DAS).

Pemerintah setempat juga mulai sekarang harus aktif mengantisipasi bencana banjir ini. Para penduduk berisiko tinggi ini hendaknya diimbau untuk segera mengungsi. Dalam jangka panjang, pemerintah sebaiknya merelokasi mereka.

Sejak sekarang, pemerintah Provinsi Jawa Barat seharusnya sudah menggaungkan kewaspadaan akan bahaya banjir. Tetapi hingga hari ini, kita belum mendengar kampanye itu. Padahal banjir-banjir kecil sudah mulai melanda, seperti banjir cileuncang. Pemprov maupun pemkot/pemkab di Jabar belum secara optimal mengingatkan rakyat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana.

Antisipasi banjir bisa berbeda di setiap kota/kab. di Jabar. Di beberapa dataran tinggi, banjir bandang bisa menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan tempat tinggal. Di daerah pantura, banjir biasanya tidak terlalu banyak menimbulkan korban, tetapi mengancam persawahan. Tahun 2004, sawah yang terendam adalah 70 ribu hektare, 40 ribu di antaranya puso.

Pemerintah hendaknya menyiapkan langkah-langkah darurat menghadapi bencana ini, terutama bagaimana meminimalisasi korban manusia dan harta benda. Selanjutnya, manajemen pascabencana juga harus disiapkan. Karena biasanya masalah yang lebih rumit justru terjadi setalah bencana, misalnya soal makanan, relokasi sementara, maupun ancaman penyakit. Karena itu, jangan tunggu sampai bencana itu datang.

Post Date : 04 Januari 2006