|
JAKARTA -- Warga diminta menjaga kebersihan drainase, dan berhati-hati terhadap pohon-pohon tua, besar, dan rimbun. Warga ibu kota diminta mewaspadai datangnya musim penghujan. Banjir, dan pohon tumbang menjadi faktor yang harus diwaspadai, meski saat ini curah hujan masih belum terlalu besar. Begitu juga dengan sebaran hujan yang belum merata di seluruh DKI. Demikian dinyatakan oleh Kasubdis Informasi dan Agroklimate, Badan Meterologi dan Geofisika, Soetamto, kepada Republika, beberapa waktu lalu. Menurut Soetamto, yang perlu diwaspadai adalah aliran drainase, dan pohon-pohon rimbun. Ia menyatakan, meski curah hujan masih terbilang rendah, namun jika saluran drainase kota tidak dibenahi, potensi banjir akan tetap ada. ''Bukan banjir besar, hanya berupa genangan,''ujarnya. Itupun di awal musim penghujan. Namun, jika pada puncak musim hujan, drainase kota masih belum dibenahi, potensi banjir besar bisa saja terjadi lagi. Begitu juga dengan pohon-pohon rimbun, terutama yang usianya sudah tua, yang banyak tersebar di ibu kota. Menurutnya, pohon-pohon tersebut harus dirapikan agar ketika angin kencang melanda, tidak tumbang. Angin kencang yang melanda ibu kota, pernah beberapa kali menumbangkan pepohonan yang usianya sudah tua. Kejadian ini paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan. Wilayah ini memang dikenal sebagai paru-paru ibu kota, dan memiliki pohon rimbun, dan tua cukup banyak di ibu kota. Akibat tumbangnya pohon, kerugian yang ditimbulkan pun bukan hanya materil, namun juga moril. Karena itu, kata Soetamto, yang patut diwaspadai adalah faktor-faktor lokal yang bisa menyebabkan banjir, dan pohon tumbang. Ia pun meminta masyarakat lebih proaktif menjaga dan membenahi lingkunganya memasuki musim penghujan ini. Ancaman ternyata bukan hanya datang dari banjir, dan pohon tumbang. ''Fenomena hujan es juga bisa saja terjadi,''kata Soetamto. Terutama di masa transisional ini, peralihan antara musim kemarau ke musim penghujan. Ia meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan hujan es. Ia menambahkan, hujan es bisa terjadi jika terjadi hujan, yang diiringi badai guntur, kilat dan angin kencang. ''Kalau ada hujan seperti itu maka besar kemungkinan akan terjadi hujan es,''tambahnya. Namun, hal itupun sangat dipengaruhi oleh suhu di bawahnya. Jika suhunya di bawah cukup panas, katanya, maka hujan turun tidak berupa es, namun hujan biasa dengan butiran air yang cukup besar. Menurut Soetamto, potensi hujan seperti itu biasanya terjadi mulai sekitar pukul 10.00 hingga sore hari. Sementara, tambahnya, jika terjadi hujan di malam hari, peluang disertai angin kencang, sangat kecil. Awal minggu ini hingga Oktober mendatang, kata Soetamto, merupakan masa transisional musim di ibu kota. Masih Sporadis Sebelumnya, BMG memprediksikan pada minggu ketiga September, bagian selatan Jakarta sudah mulai memasuki musim penghujan. Sementara bagian utara ibu kota, baru akan memasuki musim hujan pada awal Oktober. Karena baru memasuki awal penghujan, curah hujan yang turun masih sporadis. Hujan besar namun singkat di wilayah tertentu, dengan peluang hujan terjadi antara sore hingga malam hari. Memasuki Oktober, katanya lebih jauh, curah hujan di bagian selatan ibu kota mulai meningkat. Begitu juga di Jakarta bagian utara yang mulai hujan. Semakin akhir tahun, curah hujan dan wilayah cakupan akan semakin membesar, dan meluas. Sampai pada puncaknya di bulan Desember-Januari. ''Meskipun bisa saja terjadi hujan lebat, namun sangat jarang dan biasanya hanya sebentar,''tambahnya. Peluang banjir besar hingga bulan Oktober masih sangat kecil, karena curah hujan juga rendah. Di awal penghujan ini, katanya, curah hujan di bawah 50 ml per hari. Sementara jika mencapai puncak, curahnya bisa mencapai 100-150 ml per hari, dengan cakupan wilayah yang jauh lebih besar. Dikatakan, banjir besar yang pernah melanda ibu kota beberapa tahun lalu, terjadi akibat curah hujan yang mencapai 120-170 ml per hari selama empat hari berturut-turut. Saat itu, hujan deras bukan hanya melanda ibu kota, namun juga sampai ke Cianjur. Selain faktor curah hujan, ternyata iklim ibu kota juga sangat dipengaruhi oleh iklim wilayah-wilayah, seperti Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Laporan : c02 Post Date : 30 September 2004 |