Waspada Bahaya Botol Kemasan Bila Disi Ulang

Sumber:Majalah Dokter Kita - 11 Desember 2008
Kategori:Sampah Jakarta

Anda tentu pernah merasa sayang membuang botol plastik air mineral yang baru Anda beli hingga memakainya kembali dengan diisi ulang. Tahukah Anda bahwa botol kemasan seperti itu hanya untuk sekali pakai?

Kebiasaan mengisi ulang botol plastik air mineral kerap dilakukan oleh jutaan penduduk Indonesia, dengan dalih merasa sayang membuang kemasan botol yang masih bagus, dan botol masih terlihat menarik. Padahal, bahaya kesehatan mengintai dari kebiasaan itu. Produk plastik yang dimaksud bukan hanya botol plastik air mineral yang banyak beredar di pasaran, tetapi juga plastik wadah makan, penutup makanan, hingga botol susu untuk buah hati Anda.

Bahan utama plastik botol kemasan adalah suatu rantai polimer yang sebenarnya tidak menimbulkan bahaya. Akan timbul bahaya bila polimer tersebut melepaskan "anak"monomermonomernya. Monomer bisa lepas saat terkena panas matahari atau goresan saat dicuci. Monomer itulah yang dapat menyebabkan kanker karena bersifat karsinogenik. Hal itu berlaku pula untuk wadah makanan atau minuman yang terbuat dari bahan styrofoam.

Di Indonesia peraturan pemerintah mengenai standar nasional Indonesia untuk kemasan makanan plastik masih sangat kurang sanksinya dan tidak mengikat. Namun pada tahun 2007 standar penggunaan kemasan plastik makanan sudah ditentukan oleh BPOM. Dalam peraturan tersebut ada ketegasan dari pemerintah untuk para produsen dalam penggunaan plastik. Sanksi yang diberikan pun tidak main-main, yaitu berupa penarikan produk dari pasaran, bahkan hukum pidana juga diberikan jika terjadi pemalsuan.

Semua plastik itu umumnya berbahaya namun telah dikategorikan beberapa kelompok plastik yang relatifaman.Menurut Dr.Eng.Agus Haryono dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, masyarakat dapat mengetahui jenis kemasan plastik-plastik yang aman untuk dipakai, dengan melihat simbol atau kode yang biasanya tertera di bawah produk plastik wadah makanan atau minuman.

Arti Simbol

Simbol atau kode yang dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry sejak tahun 1988 di Amerika Serikat itu telah diadopsi oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (international Organization for Standardization). Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam segitiga akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga. Kode-kode tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

Pertama, PET atau Polyethylene Terephthalate. Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET di bawah segitiga. Simbol itu biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 persen), dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 persen). Botol Jenis PET/PETE itu direkomendasikan "hanya untuk sekali pakai”. Alasannya, bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Kedua, HDPE atau High Density Polyethylene. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga. HDPE biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, atau galon air minum. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Meski begitu, sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu.

Ketiga, V atau Polyvinyl Chloride.Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V yang berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik itu bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap) dan botol plastik yang bening lainnya. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemasnya saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut. DEHA bisa langsung lumer pada suhu 150 derajat Celsius. Reaksi yang terjadi antara DEHA dengan makanan yang dikemasnya berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati, dan berat badan.

Keempat, LDPE atau Low Density Polyethylene. Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE, yaitu plastiktipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi. Biasanya LDPE dipergunakan untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Sifat mekanisjenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 derajat celsius sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik itu dapat dipakai ulang karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan itu.

Kelima, PP atau Polypropylene.Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP. PP adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk produk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristiknya berupa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi, dan cukup mengkilap.

Keenam, PS atau Polystyrene. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. PS ditemukan pada tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lainlain. Bahan tersebut harus dihindari karena berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada perempuan yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem saraf. Bahan itu juga sulit didaur ulang karena memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. PS dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning jingga,dan meninggalkan jelaga.

Ketujuh, OTHER. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER yang merupakan gabungan dari SAN (styreneacrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene styrene) dan PC (polycarbonate). OTHER dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. PC dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak balita, botol minum polikarbonat,dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. PC dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol A ke dalam makanan clan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma,dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.

Bertindaklah Bijak

Masih berpikirkah Anda untuk tetap menggunakan botol plastik kemasan lebih dari dua kali? Melihat bahaya yang terkandung dalam plastik, sudah saatnya kita harus bertindak bijak dalam penggunaan plastik, khususnya plastik dengan kode 1, 3, 6, dan 7 (khususnya polycarbonate).

Bila membutuhkan tempat air minum yang akan dibawa, sebaiknya memilih botol yang memang ditujukan untuk pemakaian berulang, misalnya yang berkode angka 5. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung plastik, seperti daun pisang yang lebih alami.



Post Date : 11 Desember 2008