Warga Yogyakarta Buang Air Besar Sembarangan

Sumber:Koran Tempo - 27 Februari 2012
Kategori:Sanitasi
YOGYAKARTA -- Sekitar 10 persen penduduk Kota Yogyakarta masih buang air besar secara sembarangan sepanjang 2011. Praktek buang air besar sembarangan itu dilakukan di jamban yang dinilai tidak sehat. “Akibatnya, berpengaruh terhadap kondisi sarana air bersih di masyarakat,” ujar Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Eni Dwiniarsih dalam sosialisasi hidup sehat di Balai Kota kemarin.
 
Ena memaparkan, di Yogyakarta, tercatat ada 72.374 jamban, 70.927 atau 98 persen di antaranya dinyatakan sebagai jamban sehat. Selebihnya dinilai tidak sehat. Masalahnya, jamban tak sehat itu berdekatan dengan sumur penduduk yang merupakan sumber air bersih. "Kotoran meresap hingga tercemar oleh air habis pakai yang mengalir lagi," katanya.
 
Menurut Eni, selain masalah perilaku, penyebab penduduk buang air besar sembarangan adalah keterbatasan lahan untuk membuat septic tank. Dia mengatakan sebenarnya ada sejumlah cara untuk menyiasati masalah keterbatasan lahan itu, yakni membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal atau membuat septic tank di bawah jalan.
 
Kepala Bidang Perumahan, Permukiman dan Sarana Air Limbah Dinas Permukiman Prasarana dan Wilayah Hendra Tantular mengatakan Kota Yogyakarta memiliki 43 IPAL komunal dan 1 IPAL terpusat. “Tiap-tiap IPAL menampung blackwater (tinja) dan greywater (air bekas pakai),” katanya.
 
IPAL komunal dibangun di sekitar tiga sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta, yakni Winongo, Gajahwong, dan Code, dengan kapasitas 1 unit IPAL untuk 30-80 keluarga. “IPAL komunal yang tersedia hanya mampu melayani 2 persen penduduk Kota Yogyakarta,” ujar Hendra.
 
Adapun IPAL terpusat berada di Sewon, Bantul. Berdasarkan nota kesepahaman The Metropolitan Sanitation Management and Health Project 2009, IPAL terpusat berkapasitas 25 ribu sambungan rumah itu kini berfungsi untuk menampung limbah 11 persen penduduk Kota Yogyakarta. IPAL terpusat itu, kata Hendra, sebenarnya juga untuk limbah dari Sleman dan Bantul. "Tapi sampai sekarang baru Kota Yogyakarata saja yang menggunakan," ujarnya.
 
Dengan demikian, hanya 13 persen penduduk Kota Yogyakarta yang terlayani oleh IPAL komunal dan terpusat. Sisanya, limbah rumah tangga dan tinja dibuang di septic tank yang dibangun sendiri. "Tahun ini (2012) direncanakan membangun 3 IPAL komunal lagi," katanya. | ANANG ZAKARIA


Post Date : 29 Februari 2012