|
SOLO--MIOL: Kemarau panjang membuat sebagian besar warga Wonogiri bagian selatan kesulitan mendapatkan air bersih. Apalagi, karena harga air melonjak hingga 100, pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Cadangan makanan kami sudah menipis sementara dana untuk belanja air juga sudah terkuras habis. Kalau awal November hujan belum juga turun, entah dengan cara apa lagi kami harus mendapatkan air. Kami tak sempat memikirkan lebaran lagi," tukas KartoSemito, warga Paranggupito, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, Jumat (28/10). Setidaknya menurut Sekda Wonogiri Mulyadi kepada Media, pada hari-hari menjelang lebaran ini, jumlah warga Wonogiri bagian selatan yang mengalami krisis air mencapai sedikit 59.714 jiwa (14.559 KK). Mereka tinggal di 187 dusun di 27 desadi wilayah Kecamatan Paranggupito sebanyak 20 jiwa lebih atau 4.297 KK, lalu di Kecamatan Pracimantoro sebanyak 25.020 jiwa (6.848 KK), Kecamatan Eromoko 3.498 jiwa (718 KK), Kecamatan Giriwoyo 1.373 jiwa (277 KK) dan Kecamatan Giritontro 9.600 jiwa (2.419 KK). Hasil pantauan Media di wilayah kekeringan Wonogiri ini, air yang dijual swasta kini harganya naik 100%. "Ya, bayangkan saja, untuk suplai yang paling dekat saja, harga per tangkinya mencapai Rp70 ribu, padahal sebelumnya, harga masih berkisar Rp35 ribu," kata Supardjono, warga Sumber Agung, Pracimantoro. Kesulitan lebih besar akan dialami warga yang tempat tinggalnya lebih terpencil, seperti dekat perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Supardjono memperkirakan di wilayah itu, harga air bersih bisa lebih mahal. "Bisa saja satu tangki berisi 5.000 liter harganya lebih dari Rp100 ribu. Padahal itu sudah dihemat untuk penggunaan untuk satu minggu." Sejumlah pengusaha air swasta menyatakan, mereka terpaksa menaikkan harga pasokan air ke penduduk, setelah kenaikan harga BBM juga sangat besar. Bahkan PDAM Wonogiri juga melakukan hal sama menaikkan harga air. "Kami tidak memanfaatkan momentum atau menggunakan kesempatan menjelang lebaran. Tapi untuk mengangkut air ke pedesaan kami kan perlu bensin. Padahal harga BBM naiknya besar sekali. Akhirnya jatuhnya harga air ya hampir 100 ," ungkap Naryono, pemilik tangki air yang kemarin melakukan pasokan ke daerah Sumber Agung, Pracimantoro. Sedang Camat Pracimantoro, Teguh S menyatakan kemampuan warga untuk belanja air sudah mencapai titik nadir. "Lebih dari 5 bulan mereka terpaksa harus menguras harta dan juga persediaan pangan untuk mencukupi kebutuhan air. Saat ini daya beli air dari masyarakat sudah habis." Menurut Teguh, untuk membeli air satu tangki isi 5.000 liter, warga yang memiliki persediaan gaplek cukup harus menjual sedikitnya 180 kg, dengan harga per kg mencapai Rp500. Apabila satu tangki air hanya cukup untuk seminggu, belanja air dalam sebulan untuk setiap KK bisa mencapai 4 x 180 x Rp500= Rp360 ribu. Karena itu, pihaknya telah meminta bantuan Pemkab Wonogiri agar melakukan dropping air ke dusun-dusun yang sedang dilanda bencana kekeringan ini. Paling tidak di wilayah Pracimantoro sendiri kini sudah menerima kiriman air dari Pemkab Wonogiri sedikitnya 82 tangki. Kabag Sosial Ekonomi Pemkab Wonogiri, Supadno menyatakan untuk kepentingan pertolongan daerah bencana kekeringan di Wonogiri selatan, Pemkab telah mengirimkan air ke Pracimantoro sedikitnya 82 tangki, lalu ke Paranggupito,70 tangki, Giriwoyo 40tangki, Kecamatan Eromoko 40 tangki, dan masyarakat Kecamatan Giriwoyo dibantu 50 tangki," ungkap Supadno. Sekda Wonogiri, Mulyadi menambahkah untuk menanggulangi bencana kekeringan di wilayah Wonogiri selatan, dana yang disediakan cukup besar. Dia mengaku tidak hafal, tapi jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari Rp 1 miliar."Begitu ada laporan dari camat, dana itu kita kucurkan. Sejauh ini permintaan itu masih sangat minim sekali," tukasnya sekali lagi. (WJ/OL-02)Penulis: Widjajadi Post Date : 28 Oktober 2005 |