KRISIS air bersih yang terjadi di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, sejak dua bulan terakhir makin menguras harta benda warga.
Di wilayah Kecamatan Paranggupito, misalnya, banyak warga menjual ternak dan harta benda lainnya untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang harganya mencapai Rp150 ribu per tangki volume 5.000 liter.
Kekeringan yang terjadi sejak awal Juni lalu membuat warga semakin kesulitan air bersih. Air telaga sudah mengering, sumber air lain juga mengalami hal sama.
``Mencari ke gunung, jauh dan yang ditemui hanya batu, bukan air bersih. Karena itu ketika gaplek semakin menipis untuk diganti air, terpaksa warga menjual ternak. Ada juga yang mulai menebangi pohon di kebunnya untuk dijual sebagai kayu bakar, baru bisa mendapatkan air bersih yang cukup dipakai selama seminggu,“ ungkap Kepala De sa Gendayakan Sriyanto, Sabtu (16/7).
Seminggu terakhir ini, semakin banyak warga menuntun kambing ke pasar untuk dijual, atau menebang pohon akasia dan jati guna dilego dengan harga Rp60 ribu per meter kubik hingga Rp70 ribu per meter kubik. Hasil penjualan dibelikan air bersih untuk kebutuhan mandi dan minum.
Padahal, lanjut Sriyanto, kemarau atau kekeringan pada pertengahan Juli ini belum mencapai puncaknya. Biasanya memasuki Agustus hingga September, kekeringan di Wonogiri selatan makin menjadi. Saat itulah, tidak hanya gaplek atau ternak yang dipertaruhkan untuk mendapatkan air bersih, tetapi juga perhiasan.
Camat Paranggupito Sariman menjelaskan, kekeringan yang panjang memang membuat ketela pohon tidak bisa tumbuh maksimal. Bahkan ba nyak yang mati. “Kemarau tahun-tahun sebelumnya juga banyak tanaman singkong yang mati karena kekurangan air, tapi tidak sebanyak kali ini,” tuturnya.
Selain di Wonogiri, kekeringan melanda Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dan Kabupaten Jembrana, Bali.
Di Kabupaten Jembrana, kekeringan paling dahsyat dialami warga Kelurahan Pendem Jembrana. Setidaknya ada tiga wilayah di kelurahan itu yang mengalami krisis air bersih. Meliputi, Dewasana, Pancardawa, dan Pendem.
Untuk mendapatkan air, warga terpaksa melubangi pipa-pipa penyalur air di pinggir jalan. (WJ/RS/AS/N-2)
Post Date : 18 Juli 2011
|