|
BANDUNG, (PR).Ratusan warga dari tiga rukun warga (RW) di Kelurahan Mandalajati, Kecamatan Cicadas, Kota Bandung, Minggu (12/2), menutup ruas Jln. Abdul Hamid, menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cicabe. Aksi digelar karena warga merasa dibohongi Dinas Kebersihan Kota Bandung dan menilai TPA tidak dikelola secara profesional, bahkan untuk pengamanan diserahkan ke salah satu ormas. Aksi ratusan warga dari RW 01, 06, dan 07 mulai terlihat pukul 7.00 WIB. Warga yang berkerumun di ujung Jln. Abdul Hamid membuat barikade dan menghalangi ruk sampah yang akan membuang sampah ke TPA Cicabe. Kerumunan warga yang semula hanya dari kalangan anak muda, menjelang pukul 9.00 WIB semakin bertambah. Anak-anak dan para orang tua bergabung. Mereka menggelar spanduk dan tulisan di kertas karton berisikan pernyataan agar TPA Cicabe ditutup dan menolak kembali dioperasikan. Selain memblokir jalan menuju TPA Cicabe, digelar pula aksi simpati sejumlah mahasiswa dan anak muda dari Gerakan Masyarakat Mandalajati (GMM) dan Aksi Mahasiswa Peduli Lingkungan (AMPL). Mereka membagikan brosur berisikan pernyataan warga di Jln. A. Yani. Akibat aksi di lokasi yang hanya berjarak sekira 50 meter dari Terminal Cicaheum itu, jalanan macet dari dua arah. Merasa dibohongi Salah seorang tokoh pemuda Mandalajati, Ayi Saeful, menegaskan aksi yang digelar warga merupakan puncak dari kekesalan warga yang selama ini telah dibohongi oleh Dinas Kebersihan Kota Bandung. "Sejak dioperasikannya kembali TPA (Cicabe) kami banyak dirugikan, selama ini janji pemerintah sebagai pengelola hanya pada awal dioperasikan saja dilaksanakan. Setelah itu, tidak ada," ujarnya. Janji yang tidak ditepati itu adalah kompensasi yang akan diberikan pemerintah kepada warga sekitar TPA. Di antaranya berupa penyemprotan agar tidak mengeluarkan bau dan mengundang penyakit, penyemprotan di rumah warga serta masalah kebersihan sekitar lokasi pembuangan. Selain itu, pengoperasian TPA Cicabe yang berdasarkan kesepakatan akan berakhir awal Maret, ada indikasi diperpanjang, karena areal seluas 1,5 hektare semakin diperluas. Bahkan, belakangan, saat tersiar masyarakat akan melakukan aksi penolakan, lokasi TPA dijaga salah satu ormas. Sangat darurat Dalam dialog yang diadakan di salah satu ruang kelas SD Cicabe I, Dirut PD Kebersihan Awan Gumelar mengakui, penggunaan TPA Cicabe untuk kedua kalinya didasarkan desakan kebutuhan. "Sampai saat ini, masalah TPA Citatah belum clear, jadi penggunaan TPA Cicabe benar-benar sangat darurat," ujar Awan. Diakuinya, TPA Cicabe memang sudah harus ditutup, tapi dengan proses penutupan cepat (controlled landfill) masih dianggap layak untuk difungsikan. "Kami tidak menggunakan sistem pengelolaan sampah open dumping lagi, melainkan controlled landfill, agar sampah tidak mengeluarkan bau dan penggunaan lahan efektif," kata Awan. Selain itu, PD Kebersihan sudah menjalankan bentuk kompensasi yakni setiap truk yang meninggalkan TPA dibersihkan dan disemprot dengan minyak sirih wangi. Selain itu, petugas di lapangan melakukan penyemprotan di sepanjang jalan daerah Cicabe yang dilewati truk pengangkut sampah. Minyak sirih digunakan untuk mereduksi bau sampah. Sedangkan untuk insektisida pembasmi vektor lalat, digunakan malation. Namun, penjelasan Dirut PD Kebersihan Kota Bandung itu "dianggap sepi" warga Mandalajati. Mereka tetap menuntut agar TPA Cicabe ditutup dan tidak kembali difungsikan. (A-87) Post Date : 13 Februari 2006 |