Warga Tolak Pembangkit Tenaga Sampah

Sumber:Koran Tempo - 17 September 2007
Kategori:Sampah Luar Jakarta
BANDUNG -- Sekitar 200 warga Cempaka Arum, Kota Bandung, menolak rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) di permukiman mereka. Penolakan ini merupakan yang kesekian kali setelah yang terakhir pada April lalu. penolakan ini sudah disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung dan Jawa Barat.

Penolakan ini juga disampaikan kepada Wali Kota Bandung serta Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandung dan Jawa Barat pada Agustus lalu. "Jadi, kalau pemerintah ngotot, silakan bangun pabrik sampah di dekat rumah Wali Kota," kata Suprihadi, warga Cempaka Arum, pada Sabtu lalu.

Penolakan warga, kata Koordinator Aliansi Rakyat Tolak PLTS di Permukiman, Muhammad Tabroni, karena mereka khawatir terhadap pencemaran yang akan ditimbulkan oleh PLTS tersebut. "Tidak ada kompromi untuk pembangkit listrik tenaga sampah," katanya. Dia menyatakan warga akan berjuang sampai titik darah terakhir.

Menurut Tabroni, penolakan terhadap pembangkit ini tidak hanya datang dari warga Cempara Arum, tapi juga dari Kelurahan Rancanumpang dan Cimincrang. Jika digabung dengan warga Kabupaten Bandung yang juga menolak, total jumlahnya bisa mencapai 15 ribu keluarga.

Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandung Nana Supriatna menyayangkan keputusan warga meninggalkan pertemuan pada Sabtu lalu. Padahal acara itu memaparkan analisis mengenai dampak lingkungan proyek PLTS. "Seharusnya mereka bisa memberikan masukan dan kritik," katanya.

Menanggapi penolakan warga, Ketua Tim Studi Kelayakan PLTS Ari Darmawan Pasek mengatakan PLTS umumnya berada di dekat permukiman. "Contohnya pembangkit listrik Taichang di Cina, yang berjarak 100 meter dari rumah penduduk," katanya. Dampak pencemaran bisa diatasi dengan teknologi yang ada.

PLTS ini akan dibangun di atas lahan seluas 60 hektare dengan luas bangunan 27 hektare. "Kapasitasnya bisa mencapai 500 ton per hari," ujar pakar dari Pusat Rekayasa Industri Institut Teknologi Bandung ini. Pembangkit tersebut merupakan alternatif mengatasi sampah di Kota Bandung. rana akbari fitriawan



Post Date : 17 September 2007