|
GARUT, (PR).Ratusan warga di Kampung Kurnia, Ciarog, dan Hipa Desa Kersamanah, Kec. Kersamanah terpaksa mengonsumsi air kotor yang mengalir dari selokan Babakan Koromoy sejak beberapa tahun lalu. Hal itu dilakukan karena di wilayah mereka tidak ada sarana air bersih. Berdasarkan catatan "PR", air kotor di selokan Babakan Koromoy tersebut memang berasal dari sebuah mata air, berjarak sekira 250 meter dari Kp. Kurnia. Dari mata air, air itu mengalir ke persawahan, lalu kembali mengalir ke selokan. Yang menjadi masalah, sebelum masuk ke wilayah Kp. Kurnia, selokan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, baik oleh manusia maupun binatang. Menurut Usa, Ketua RT 04 RW 01 Kampung Kurnia, Desa Kersamanah, sebelum mengalir kembali, air di areal persawahan itu banyak dimanfaatkan ternak mandi. "Di sepanjang selokan pun banyak bermunculan pacilingan atau tempat buang hajat besar warga. Akibatnya, air tersebut keruh dan penuh kotoran," jelas Usa. Ditambahkan, air yang berasal dari selokan itu, langsung ditampung pada sebuah bak tembok berukuran 1 X 1,5 meter. Bak penampungan air itu, di atasnya didirikan sebuah bangunan yang terbuat dari bilik bambu cukup sederhana, untuk sarana mandi, mencuci, kakus (MCK) dan mengambil air untuk keperluan memasak, minum dan yang lainnya. Menurut Usa, mereka sebenarnya mengetahui bahwa air itu kotor. "Namun, dari mana lagi kami memperoleh air tersebut untuk keperluan sehari-hari bagi ratusan keluarga yang terdapat di empat kampung ini?" katanya. Ia mengatakan, akibat air selokan yang kotor dipergunakan untuk keperluan mandi, tak sedikit warga di tiga kampung tersebut terkena penyakit gatal-gatal dam terserang cacar kulit. Termasuk yang menjadi korban air selokan tersebut adalah Usa dan keluarganya. Mereka diserang penyakit cacar kulit. Seorang pemuka masyarakat, H. Koko Koswara mengaku prihatin atas kondisi sarana air yang dipergunakan oleh ratusan warganya. Warga, tidak sepantasnya mengonsumsi air selokan yang kotor seperti itu. Ia mengaku bahwa bak umum yang kini dipergunakan untuk keperluan MCK ratusan warga itu merupakan pemberian dari dirinya. Disebutkan, ia akan merelakan tanahnya untuk terus dipergunakan sebagai sarana kepentingan umum dalam memenuhi kebutuhan MCK. Di tempat terpisah, Kepala Desa Kersamanah, Drs. Adang Burhanudin, S.Ag., membenarkan tentang sarana air kotor yang digunakan ratusan warga di tiga kampung tersebut. Namun demikian, pihaknya belum bisa berbuat banyak untuk meminimalisasi air yang masuk ke bak umum itu hingga bisa menjadi bersih terbebas dari kuman penyakit.(A-112) Post Date : 04 Februari 2006 |