Warga Terserang Gatal-gatal

Sumber:Suara Pembaruan - 10 Desember 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
[CILACAP] Rumah dan sawah milik warga di sejumlah desa di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, khususnya di Desa Munjur, Pecangakan, Sikampuh, terendam air sejak Jumat hingga Senin (10/12) pagi. Banjir disebabkan luapan beberapa sungai akibat hujan yang tiada hentinya, membuat ratusan keluarga terisolasi.

Mereka tak bisa beraktivitas, terkurung di rumah sehingga mereka mulai terserang penyakit gatal-gatal, terutama anak-anak yang bermain air kotor di sekitar rumahnya, maupun di sawah-sawah. "Pagi ini, tim medis dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Cilacap diterjunkan ke daerah banjir," kata Wakil Bupati Cilacap, Toto Pamuji, di Cilacap, Senin (10/12) pagi.

Dari sekian desa yang terendam, Desa Munjur yang paling parah. Khususnya di Dusun Tegal Anyar dan Pecangakan. Menurut Toto Pamuji, luas genangan mencapai 278.762 hektare. Sedang jumlah warga yang terisolasi banjir sebanyak 415 keluarga atau sekitar 1.675 jiwa. Genangan air itu bervariasi antara 30 sentimeter (cm) sampai 80 cm.

Warga Pecangakan, Ponidi (40) menuturkan, hujan deras yang turun sejak Jumat petang itu baru mereda pada tengah malam. Kemudian pada Sabtu dan Minggu petang hujan deras turun lagi. Sehingga, genangan yang semula terjadi di sawah, meluap sampai ke permukiman dan ruas-ruas jalan.

Menurut Kepala Desa Munjur, Zahid Mutakin, banjir antara lain disebabkan rusaknya pintu air di Sungai Rawa Seser. Selain itu, pintunya terlalu kecil, sehingga luapan air yang terjadi tidak bisa keluar. "Kami berharap, Pemerintah Kabupaten (pemkab) segera menormalisasi Sungai Seser dan sungai-sungai lain yang sudah dangkal, agar air bisa lancar dan genangan bisa dikurangi," katanya.

Untuk mengentikan banjir rutin itu sangat sulit, mengingat sejak Zaman Orde Lama, di desanya selalu terjadi pada musim hujan. Dengan banyaknya genangan tadi, anak-anak sekolah banyak yang terpaksa naik rakit batang pisang untuk pergi ke sekolah.

Tentu saja pakaian mereka basah kuyup karena harus melintasi genangan saat pergi dan pulang sekolah. Mereka berharap, Pemkab segera mengirimkan perahu untuk mengantar jemput anak-anak sekolah yang rumahnya kebanjiran.

Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Aceh dalam berapa hari terakhir menimbulkan banjir kiriman pada sejumlah daerah antara lain Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie, Aceh Besar, Banda Aceh. Di Aceh Utara sejak Jumat hingga Minggu (9/12) menyebabkan sebanyak tujuh kecamatan mengalami banjir, terparah di Lhokseukon karena tanggul Krueng Keureoto jebol, di empat titik.

Dampak

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Aceh Utara, Azhari kepada SP saat dikonfirmasi melalui telepon, Munggu (9/12) mengatakan, banjir di daerah itu sudah terjadi sejak Jumat (7/12), namun ada sejumlah kecamatan air-nya sudah surut, kini ada satu kecamatan lagi yang masih banjir yaitu Kecamatan Lhokseukon.

Dampak banjir di Aceh Besar mengakibatkan dua warga Indapuri tewas yakni Sainun dan Reza, jembat- an putus, dan lima desa terisolasi.

Lokasi banjir antara lain Desa Ara, Leubok, Trieng Pantang, Geumata sejumlah desa lain ikut terendam. Genangan air mencapai 1,5 meter lebih, namun sekarang sudah mulai surut. Sedangkan di Matang Kuli Aceh Utara, banjir yang meredam 28 desa, pada Minggu (9/12) air sudah surut, namun sejumlah warga dari beberapa desa masih mengungsi karena desanya belum bisa dilewati kendaraan.

Dikatakan, bantuan untuk pengungsi dan korban banjir sudah diberikan pada setiap kecamatan. Di Aceh Timur, banjir melanda 12 kecamatan akibatnya 22 unit jembatan, sarana umum lain, jalan, mengalami rusak berat.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Aceh Timur, Yusuf Adam menyebutkan, berdasarkan data, jembatan rusak terdapat di Kecamatan Pante Bidari tiga unit, Indra Makmur dua unit, Julok satu unit, Darul Aman tiga, Banda Alam tiga, Idi Tunong dua, Ranto Peureulak empat, Sungai Raya dua dan Birem Bayeun dua, semua jembatan tersebut harus diperbaiki.

Ketua Sarkolak Aceh Timur, Saifuddin Puteh mengatakan, pihaknya telah melakukan penanganan para mengungsi dengan memberikan bantuan pangan, seperti beras dan mi instan. [WMO/147]



Post Date : 10 Desember 2007