Warga Terserang Diare dan Gatal-gatal

Sumber:Suara Pembaruan - 17 Maret 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

[LAMONGAN] Para pengungsi akibat banjir luapan Bengawan Solo di Kecamatan Laren, Lamongan, Jawa Timur menyatakan jenuh hidup di pengungsian selama 14 hari. Mereka merasakan kedinginan pada malam hari, sementara diare, gatal-gatal, dan flu mulai menyerang.

Mereka berharap bantuan pangan dikirimkan merata dalam jumlah tidak terbatas. Hal lain yang dibutuhkan mendesak adalah obat-obatan seperti obat diare, flu, dan gatal-gatal. Para pengungsi mengharapkan bantuan, karena tidak bisa bekerja mencari nafkah, sementara rumah, sawah, dan tambak mereka tergenang banjir kiriman.

Sepuluh desa yang terendam di Kecamatan Laren di antaranya Keduyung, Sisir, Bulutigo, Jabong, Dateng, dan Gelap. Kecamatan ini terendam banjir, karena luapan Bengawan Solo menerobos tanggul di Desa Tegalrejo, Kecamatan Widang, Tuban, yang jebol saat banjir besar awal Januari lalu, tetapi hanya dibendung menggunakan karung berisi pasir. Kecamatan Laren berbatasan dengan Widang.

Sementara itu, lima desa di Kecamatan Widang, terisolasi setelah genangan air di lima desa tersebut setinggi 60-80 sentimeter (cm). Sedangkan ketinggian air di rumah penduduk mencapai 30-40 cm. Hal yang sama dialami Desa Laren di Kecamatan Laren, juga terisolasi. Meskipun demikian, masih terdapat warga tidak mengungsi.

Sama seperti warga di Lamongan, masyarakat ke lima desa tersebut berharap datangnya bantuan pangan dan obat-obatan. Tingginya genangan di lima desa di Kecamatan Widang dan Laren menyebabkan seluruh kegiatan lumpuh, termasuk aktivitas belajar mengajar. Kelima desa di Kecamatan Widang yang terisolasi meliputi Banjar, Tegalsari, Kedungharjo, Tegalrejo, dan Simorejo.


Sawah Tergenang

Camat Widang, Bambang Dwiyono kepada SP, Senin (17/3) mengatakan, 13 desa yang terendam banjir wilayahnya menyebabkan 6.196 rumah milik penduduk terendam serta ratusan hektare sawah dan tambak tergenang.

Sementara itu, Camat Laren, Rusgianto mengatakan, informasi yang diterima, banjir di hulu Bengawan Solo sudah mulai menurun, tetapi dampak banjir masih dirasakan warga desa di wilayahnya. Karena itu, ia berharap agar banjir Bengawan Solo terus susut, sehingga warganya tidak lagi hidup di pengungsian di atas tanggul dan hutan-hutan yang posisinya lebih tinggi.

Luapan Sungai Bengawan Solo yang menggelontor akibat jebolnya tanggul di Desa Tegalrejo, masih terus berlangsung hingga sedikitnya 6.200 keluarga di 13 desa di wilayah Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban yang berbatasan dengan Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, direndam banjir dengan ketinggian air hingga Senin (17/3) dini hari tadi antara setengah hingga satu meter. Dari ribuan rumah warga yang terendam banjir itu, kawasan terparah dialami penduduk Desa Simorejo, Tegalrejo, Compreng, Mlangi, Kecamatan Widang.

Camat Widang Bambang Dwiyono menjelaskan, banjir kali ini di Desa Simorejo merendam sedikitnya 875 keluarga, di Desa Tegalrejo 450 keluarga, Desa Mlangi 390 keluarga dan Widang sendiri tidak kurang dari 700 keluarga. "Ada sekitar 1.000 keluarga yang sudah dan bertahan di tempat pengungsian yang memanfaatkan tepian jalan raya Babat-Tuban," ujarnya.

Ia membenarkan, perlunya para pengungsi mendapatkan bantuan bahan makanan dan obat-obatan karena sebagian besar pengungsi, utamanya anak-anak sudah mulai banyak yang terserang demam, kulit gatal-gatal, dan diare.

Akibat jebolnya tanggul Bengawan Solo di Desa Tegalrejo itu dari 15 desa di wilayah kecamatan Widang, hanya Desa Minohorejo, satu-satunya desa yang bebas dari sergapan banjir kali ini.

"Kalau wilayah Kecamatan Widang dilanda banjir, hampir dipastikan kawasan Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan yang sudah sejak lama menjadi daerah langganan banjir ikut terendam," katanya. [070/080]



Post Date : 17 Maret 2008