Warga Terpaksa Konsumsi Air Sawah

Sumber:Koran Sindo - 31 Juli 2008
Kategori:Air Minum

Dampak kemarau panjang di Cilacap kali ini cukup memilukan.Sebagian warga di 10 kecamatan di Cilacap barat benar-benar merasakan dampaknya.

KE-10 wilayah itu antara lain Kecamatan Bantarsari, Kawunganten, Kampunglaut, Nusawungu,Patimuan, Cimanggu Sidareja, sertatigakecamatanterbaru yaitu Cipari,Karangpucung, danWanareja.

Selain menunggu bantuan dari pemerintah setempat, mereka juga matimatian mencari sumber mata air yang masih tersisa. Tak pelak, sawah-sawah pun menjadi incaran mereka untuk mencari air. Belasan warga di Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, sejak beberapa bulan terakhir ini terpaksa membuat sumur dadakan di sawah-sawah mereka untuk sekadar memenuhi kebutuhan air untuk mandi dan cuci.

Dalam pembuatan sumur dadakan di tanah sawah mereka yang mengering ini, mereka membuat layaknya kubangan untuk mandi hewan kerbau. Hanya saja kedalaman yang dibutuhkan sekitar 1,5 meter hingga 2 meter dengan diameter yang sama. Dari pengakuan sejumlah warga,hal ini terpaksa mereka lakukan karena sumur yang dimiliki di rumah sudah mengering.

Namun demikian, meski sudah bersusah payah membuat sumur dadakan di sawah, warga masih juga belum sepenuhnya berhasil menikmati segarnya air tanah karena air yang diperoleh umumnya berwarna keruh dan rasanya pun tawar atau payau. Jadinya, air tersebut hanya bisa digunakan untuk mandi dan cuci,bukan untuk keperluan makan dan minum. Untuk konsumsi warga harus menunggu bantuan droping dari pemkab setempat atau harus membelinya.

 ”Meski kami susah payah membuat sumur dadakan seperti ini, hasilnya pun tak maksimal. Bahkan kalau sumur dadakan tersebut digali semakin dalam maka rasa airnya semakin tidak karu- karuan,” ujar Mahmudi, 53,warga Desa Ujungmanik, kemarin. Dia menambahkan,warga setempat sangat mengandalkan bantuan air bersih dari pemkab.

Di sisi lain,dengan adanya krisis air bersih di wilayah tersebut, bisa dimanfaatkan untuk mengais rejeki. Seperti bagi Kemis,46,misalnya.Warga RT 03 / RW 03 Dusun Parid, Desa Ujungmanik, ini bersama sejumlah rekannya menjajakan air bersih yang didapat dari sejumlah mata air di desa tetangga yang jaraknya mencapai tiga kilometer. Sekali mencari air bersih, dia mampu membawa empet jeriken yang berukuran 30 liter.

Sedangkan dalam satu hari dia mampu mengangkut hingga lima kali. Kemis menyebutkan, satu jeriken ia hargai Rp2.500.Secara total dalam sehari pihaknya mampu meraup uang mencapai Rp50.000. ”Air yang saya dapatkan ini saya jual kepada masyarakat yang tidak kebagian air bersih dari pemkab.Bukan saya mencari untung belaka, tetapi saya juga berusaha membantu mereka yang kekurangan air,”tuturnya.

Bagaimana dengan sikap pemkab? Staf Kesra Setda Cilacap Ngadirin mengatakan, hingga saat ini Pemkab Cilacap berupaya mengurangi penderitaan masyarakat akibat krisis air bersih dengan menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 450 tangki di enam kecamatan yang krisis air. ”Bantuan terus kita salurkan, saat ini sudah 450 tangki ukuran 4.000 liter,”ujarnya. (nugroho purbohandoyo)



Post Date : 31 Juli 2008