Warga Terpaksa Gunakan Air Laut

Sumber:Kompas - 11 Oktober 2012
Kategori:Air Minum
Bintan, Kompas - Warga kawasan utara Bintan, Kepulauan Riau, kesulitan air bersih dalam satu bulan terakhir ini. Sebagian warga terpaksa menggunakan air laut untuk mandi dan cuci.
 
Kekeringan terutama terasa di Kuala Lobam, Tanjung Uban, dan Tanjung Berakit. Sebelum kekeringan, warga mengandalkan air PDAM atau sumur. Namun, aliran air PDAM menyusut karena Waduk Sei Jago mengering.
 
Saat ini, ketinggian permukaan air waduk masih di bawah 50 sentimeter. Dengan kondisi itu, PDAM Tirta Kepri hanya bisa mengalirkan air setiap dua hari sekali. Volume air ke pelanggan juga sangat rendah.
 
”Kadang hanya dapat 50 liter sekali mengalir. Saya tampung untuk masak dan mandi bayi,” ujar Hasnah (28), warga Kuala Lobam, Rabu (10/10).
 
Keluarga Hasnah beberapa kali membeli air dari mobil tangki, tetapi tetap tidak mudah mendapatkan air dengan cara itu. Sebab, setiap pembeli harus antre paling sedikit tiga hari sebelum bisa membeli. Setiap pembeli dapat jatah maksimal 1.000 liter.
 
Sementara itu, warga yang biasanya mengandalkan sumur terpaksa memakai air kemasan dan air laut. Air kemasan untuk masak dan memandikan bayi, sementara air laut untuk mandi orang dewasa serta mencuci. ”Kami tak sanggup beli air tangki, mahal dan harus menunggu lama,” ujar Sardi, warga lain.
 
Penduduk Bintan tidak bisa membuat sumur bor. Sebab, Bintan tidak punya cekungan air tanah. Kondisi geografis yang sarat bauksit dan minim areal tangkapan air tawar membuat tanah di Bintan sulit menyimpan air.
 
Gubernur Kepulauan Riau M Sani mengatakan, pemerintah berupaya mengatasi krisis air di Bintan. Setiap kemarau, ada bantuan air bersih walau jumlahnya terbatas. Sementara untuk jangka panjang, tengah dibangun Waduk Sungai Gesek. Waduk Sungai Gesek akan menjadi cadangan air utama untuk Pulau Bintan.
 
Nasib serupa dialami ratusan keluarga di Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat. Sumur-sumur dan aliran air di depan rumah warga mengering.
 
Warga kesulitan air bersih untuk minum, memasak, dan keperluan berwudu. Selain itu, lahan sawah dan kolam ikan warga juga kering. Situasi ini disebabkan banjir bandang atau galodo yang melanda sebagian Kota Padang pada Juli lalu.
 
Pemerintah Kabupaten Temanggung tidak tinggal diam mengatasi krisis air bersih ini. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warganya mulai 17 September, Pemerintah Kabupaten Temanggung mulai menggunakan alokasi bantuan air bersih dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana.(RAZ/INK/EGI)


Post Date : 11 Oktober 2012