|
Samarinda, Kompas - Sebagian warga Kota Samarinda yang terletak di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih. Warga terpaksa memanfaatkan air Sungai Mahakam yang berwarna coklat keruh untuk kebutuhan sehari-hari.Menurut Rahmat, warga Loa Buah, Rabu (29/9), sejumlah warga terpaksa mengupah orang untuk mengambil air ke Sungai Mahakam karena jarak rumahnya dengan sungai sekitar tiga kilometer. Mereka membayar Rp 5.000 untuk tiap drum berisi sekitar 200 liter air. "Sebelum dipakai, air itu diberi kaporit. Satu drum air cukup untuk kebutuhan sekitar tiga hari," ujar Rahmat. Menurut sejumlah warga, musim kemarau seperti sekarang, air Mahakam kadang terasa masin karena intrusi air laut.Warga mengungkapkan, ada sejumlah mata air yang cukup bersih, namun letaknya sangat jauh hingga harus membayar lebih mahal. Untuk mengambil air di mata air itu, warga harus menggunakan ojek dengan membayar Rp 6.000 hingga Rp 7.000, atau naik motor sendiri. Sekretaris Daerah Kota Samarinda HM Saili mengakui, masih ada ribuan warga di kota tepian Mahakam tersebut yang kesulitan air bersih. Hal itu disebabkan masih terbatasnya kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Samarinda untuk melayani kebutuhan air bersih warga kota. Saili menyebutkan, sejumlah daerah seperti kawasan Loa Buah memang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM. Menurut Saili, PDAM saat ini baru bisa melayani sekitar 65 persen dari 510.000 penduduk Kota Samarinda. Warga yang belum memperoleh pelayanan PDAM terpaksa menggunakan sumber air bersih dari sungai, sumur, atau dari mata air. Pada musim kemarau, kemampuan PDAM untuk menyediakan air bersih bagi warga kota makin terbatas. Intake PDAM di kawasan Pulau Atas dan Palaran sempat ditutup karena kadar garam air sungai sudah terlalu tinggi. (RAY) Post Date : 30 September 2004 |