|
[JAKARTA] Sekitar 12 persen dari 8,5 juta total penduduk Jakarta belum dapat mengakses air bersih dan tidak memiliki alat sanitasi yang memadai. Akibat masalah ini, secara nasional dapat menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 56 triliun per tahun. "Dari sekian juta penduduk Jakarta, baru 88 persen yang dapat mengakses air bersih dan memiliki alat sanitasi yang baik. Akibat hal ini, dapat mengakibatkan dampak kerugian ekonomi sebanyak Rp 56 triliun setiap tahunnya," kata Kepala Regional Komunikasi World Bank, Yosa Yuliarsa kepada SP dalam seminar Media Sanitasi, Air dan Kesejahteraan Rakyat, di Jakarta, Kamis (18/12). Yosa juga menambahkan, dalam laporan pencapaian water sanitation program World Bank, masih ada sekitar 72,5 juta jiwa atau sekitar 30,7 persen masyarakat Indonesia hidup dengan sanitasi buruk. Dari jumlah itu, sebanyak kurang lebih 20 persen terjadi di perkotaan besar. "Apabila pencemaran air dan sanitasi buruk tidak segera diatasi, rata-rata per tahun, sebanyak Rp 29,5 triliun juga dikeluarkan masyarakat untuk berobat. Itu baru kerugian materiil, belum kerugian korban jiwa," ujarnya. Menurut World Bank, setiap tahun, sekitar 50.000 penduduk Indonesia meninggal dunia akibat kematian akibat buruknya sarana air bersih. Direktur Penyehatan Pemukiman Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (PU) Susmono menjelaskan sepanjang 2008 ini, pemerintah sudah melakukan sosialisasi pada masyarakat. [YRS/U-5] Post Date : 19 Desember 2008 |