Pandeglang, Kompas - Warga Desa Curug, Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten, yang terkena wabah diare ternyata tidak memiliki sumber air bersih. Satu-satunya sumber air yang selalu digunakan warga untuk keperluan minum, memasak, mencuci, mandi, dan buang air adalah Sungai Cikalong yang kondisinya sudah kotor dan mulai mengering karena kemarau.
Hampir seluruh warga di desa itu tidak memiliki sumur. Pasalnya, warga tidak memiliki cukup uang untuk membangun sumur yang biayanya bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. ”Warga di sini enggak punya uang buat bikin sumur karena materialnya mahal,” kata Sadik, salah seorang warga, saat ditemui, Rabu (19/8) kemarin.
Selain itu, kontur tanah di daerah itu juga labil sehingga setiap menggali sumur dipastikan akan runtuh. Kecuali jika seluruh lubang sumur dilapisi fondasi beton atau batu bata.
Menurut Kepala Desa (Kades) Curug Amsin S Putra, dari 450 keluarga yang ada di desa itu, hanya 6 keluarga saja yang memiliki sumur sendiri. Sumur pribadi itu tersebar di Kampung Curug tiga buah dan Kampung Eurih, Kampung Bihbul, serta Kampung Cisireun Hilir masing-masing satu buah.
Sumur-sumur itu pun tidak bisa diakses warga lain karena merupakan milik pribadi. ”Sumur itu adanya di dapur pemiliknya. Jadi, warga juga malu kalau harus meminta air ke sumur,” ujar Amsin.
Oleh karena itulah, hampir seluruh warga terpaksa menggunakan air Sungai Cikalong untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai dari mandi, mencuci pakaian, perabot rumah tangga, dan bahan makanan, serta buang air.
Bahkan, air sungai tersebut juga dijadikan air minum setelah diendapkan semalaman. (NTA)
Post Date : 20 Agustus 2009
|