|
SURABAYA – Wajar saja jika PDAM Surya Sembada kembang kempis. Dari sejumlah survei, pemakaian air oleh pelanggan PDAM di Surabaya termasuk tertinggi se-Indonesia. Tiap hari, satu orang pelanggan PDAM di Kota Pahlawan bisa memakai air 140 liter. Padahal standar konsumsi air satu orang pelanggan PDAM di daerah lain hanya 65 liter per hari. ”Memang pemakaian air di Surabaya boros.Ada beberapa penyebab yang membuat konsumsi air tiap hari begitu tinggi, salah satunya persoalan iklim yang panas di Surabaya,” ujar Direktur Utama PDAM Surya Sembada Ashari Mardiono, kemarin. Ia melanjutkan, selain persoalan iklim penyebab lainnya adalah kebiasaan warga. Selama ini pasokan air bersih memang mudah diperoleh. Adanya kemudahan itu membuat warga tak memperhitungkan berapa banyak air yang dipakai untuk keperluan hidup tiap hari. Ditambah lagi murahnya tarif air PDAM di Surabaya. ”Tarif yang ada di Surabaya jauh lebih murah daripada daerah lain seperti Sidoarjo dan Gresik. Makanya pelanggan tak pernah memperhitungkan tarif ketika memakai air.Konsumsi air selalu saja tinggi dan boros,”jelasnya. Saat ini, katanya, perlu ada pemahaman yang baik dari semua warga, khususnya pelanggan PDAM Surabaya agar bisa lebih hemat dalam menggunakan air yang jadi satu diantara sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. ”Kalau mengacu pada ketentuan WHO, penggunaan rata-rata air untuk satu orang maksimal 65 liter per hari atau sekitar 10 meter kubik per bulan untuk satu sambungan rumah (SR). Makanya ini yang harus terus diperhaikan,”tegasnya. Ashari juga menjelaskan, upaya yang saat ini dipakai PDAM untuk melakukan gerakan penghematan air dengan mengubah kebiasaan warga. Salah satu langkah konkret yang dilakukan dengan sosialisasi agar budaya masyarakat yang biasa mengunakan gayung untuk mandi bisa diganti dengan menggunakan shower. ”Ini memang tak mudah, tapi perlu dicoba.Harga air terus naik,pasokannya juga terus menurun.Makanya butuhpenghematan untuk masa depan anak-cucu nanti,”imbuhnya. Sementara itu, Zainal Abidin, salah satu warga Gubeng mengatakan,cuaca di Surabaya beberapa bulan terakhir memang panas. Dalam kondisi itu, anak dan istrinya selalu mandi ketika siang maupun sore hari.Kalau tak dibuat mandi, seluruh tubuhnya terasa panas dan lengket.”Beberapa bulan terakhir ini tagihan PDAM memang naik.Memang pemakaian untuk air terus bertambah,” jelasnya. Pria berkumis tebal ini menambahkan, kalau pemerintah mau mengubah kebiasaan mandi dari gayung pakai shower cukup sulit. Warga Surabaya tak ada yang terbiasa pakai shower. Kalaupun dipaksakan, kebiasaan itu tak akan bisa dilakukan. ”Rasanya nggak mungkin mau mengubah itu, toh pemakaian air tetap saja terpakai kalau pakai gayung maupun shower,”jelasnya. aan haryono Post Date : 16 April 2012 |