Warga Sulit Air Bersih

Sumber:Kompas - 02 November 2006
Kategori:Air Minum
Pangkalan Balai, Kompas - Warga Desa Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, hingga kini kesulitan mendapatkan air bersih. Kemarau berkepanjangan menyebabkan air Sungai Musi di wilayah itu laku dijual Rp 20.000 per drum isi 100 liter.

Warga di Desa Sungsang I, II, III, dan Sungsang IV, selama ini mengandalkan persediaan air tadah hujan dan air sungai untuk keperluan mandi, minum, masak, dan mencuci. Namun kekeringan sejak Agustus lalu, menyebabkan persediaan air tadah hujan di kampung nelayan itu habis.

Sementara air sungai semakin surut, dan rasanya asin karena tercampur air laut. Air sungai di daerah itu tidak dapat lagi dikonsumsi untuk minum dan mandi. Jika dipaksakan dipakai untuk mandi, badan terasa gatal-gatal.

Untuk memenuhi kebutuhan air, warga di empat desa itu terpaksa membeli air Sungai Musi dari Palembang, dengan harga Rp 20.000 per drum. Air keruh berwarna kecoklatan, sedikit asam, dan berbau kurang sedap, digunakan untuk minum, mandi, masak, dan mencuci. Kualitas air yang buruk, menyebabkan sebagian warga terserang diare setelah mengonsumsi air itu.

"Meskipun air telah dimasak dan diberi kaporit, ada anggota keluarga saya yang terkena diare setelah minum air itu. Air sungai itu dijual tanpa disaring," kata Amsiah, warga Desa Sungsang II, Sabtu (28/10) lalu.

Kepala Desa Sungsang II, Lukman M Zein, mengatakan, harga air itu sangat mahal jika dibandingkan dengan kualitasnya. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena warga sangat membutuhkan air. Sementara harga air isi ulang di Sungsang Rp 13.000 per galon isi 19 liter, atau jauh lebih mahal dari harga Rp 3.500 per galon di Palembang.

Lukman memperkirakan, air sungai menyusut hingga dua meter selama musim kemarau. Selama bertahun-tahun, belum ada jaringan air bersih untuk kawasan Sungsang yang berpenduduk 15.000 jiwa itu.

Menurut sejumlah warga, kemarau tahun ini lebih berat ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Air sungai surut demikian banyak, sehingga air terasa lebih asin. Beberapa warga menghemat pembelian air, dengan cara mencampur air asin itu dengan air sungai yang mereka beli.

Warga sedikit tertolong dengan turunnya hujan sebanyak tiga kali selama Oktober. Meskipun hanya berlangsung beberapa menit, warga memanfaatkan air hujan itu dengan menampungnya dalam drum.

Air hujan digunakan hanya untuk kebutuhan minum dan masak, karena dianggap lebih bersih daripada air sungai.

"Air hujan hanya tertampung sedikit, sehingga harus dihemat untuk masak dan minum. Untuk keperluan lainnya, terpaksa membeli lagi air dalam drum," tutur Lukman, yang selama kemarau ini sudah membeli 20 drum air.

Harga air yang mahal, memberatkan warga di tengah harga bahan-bahan kebutuhan pokok yang tinggi. Mereka berharap pemerintah segera menyediakan air bersih di kawasan pemasok ikan terbesar di Sumsel itu. Kekeringan selalu berulang setiap tahun, dan belum ada program penanganan yang tuntas.

Lukman mengatakan, saat ini sedang dibangun jaringan pipa air milik Perusahaan Daerah Air Minum di Desa Sungsang IV. Pipa itu ditargetkan selesai dibangun tahun 2007 untuk menyalurkan air bersih ke empat desa. (lkt)



Post Date : 02 November 2006