|
DANI (37), terengah-engah memompa air dari pompa "dragon", di pinggir Sungai Cisangkuy, Senin (14/8). Matahari siang itu yang terik, membuat peluhnya mengalir deras. Sesekali ia menengok embernya yang baru terisi air setengahnya. Walau dipompa sekuat tenaga, air yang keluar dari mulut pompa hanya sebesar ibu jari dan tidak mengalir deras. Lima belas menit berjalan, Dani baru bisa membawa dua ember kecil yang ia bawa. Itu pun tidak terlalu penuh terisi air. Meski air tersebut terlihat jernih, jika dicium, baunya cukup menyengat. Menurut Dani, air sumur tersebut sudah lama bau seperti itu. "Itu karena tercemar air Sungai Cisangkuy, yang sudah pekat limbah pabrik," katanya. Sumur itu hanya berjarak sekira 10 meter dari bibir Sungai Cisangkuy, di Kampung Langonsari Desa Langonsari Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung. Sumur itu merupakan sumur milik warga. Maka, ketika dua ember Dani sudah penuh terisi air, beberapa warga lainnya langsung "mengambil alih" pompa. Mereka juga sama, memompa air berbau untuk kebutuhan mandi dan mencuci. Sumur tersebut merupakan satu-satunya sumber air bersih di kampung itu. Itu sebabnya, setiap hari selalu dipenuhi warga yang hendak mengambil air atau mencuci pakaian. Bahkan, ada juga warga yang memandikan anaknya di sumur tersebut. Selain dari sumur, warga Kampung Langonsari Desa Langonsari Kec. Pameungpeuk juga memanfaatkan air irigasi Ciherang yang disalurkan melalui pipa. "Tapi tidak semuanya bisa dipakai untuk keperluan mandi dan mencuci, karena harus berebut dengan petani untuk pengairan sawah," kata Dani. Warga Kampung Langonsari adalah sebagian dari ribuan warga di pinggir Sungai Cisangkuy yang mengalami kesulitan air bersih setiap musim kemarau datang. Daerah lainnya antara lain Karikil, Bojong Peuteuy, Sukasari Indah, Legokloa, Sukasari, Andir, dan Pameutingan. Kesulitan air bersih itu sudah berlangsung bertahun-tahun. Setiap musim kemarau, warga akan tersiksa dengan keadaan seperti itu. Air untuk mandi saja sulit, apalagi air untuk minum dan memasak. Namun sejauh ini pemda baru memberi bantuan dengan menyediakan bak penampungan air bersih yang dipasok dari PDAM. "Tapi bak-bak penampungan air itu kan hanya ada di beberapa tempat dan tidak di semua tempat. Jumlahnya juga tidak cukup untuk seluruh warga," ujar Ujang Yani, warga Langonsari yang siang itu sama-sama sedang memompa air untuk mengisi bak mandi di rumahnya. Ajukan proposal Kualitas air Sungai Cisangkuy akhir-akhir ini memang sangat mengkhawatirkan. Warnanya hitam pekat dan bercampur dengan limbah pabrik. Bau yang keluar pun sangat menyengat. Kondisi sungai yang hitam dan berbau itu ternyata berpengaruh terhadap kualitas air di beberapa sumur yang ada di sepanjang sungai itu. Itu sebabnya, air yang dipompa penduduk Kampung Langonsari, Karikil, Bojong Peuteuy, Sukasari Indah, Legokloa, Sukasari, Andir, dan Pameutingan, baunya cukup menyengat. Penduduk di kampung sepanjang sungai itu, tidak ada yang berani untuk menggunakan air pompa itu untuk kebutuhan minum dan masak. Warga pun terpaksa membeli air bersih untuk minum dari penjaja air. "Kami takut air sudah tercemar limbah pabrik. Daripada kita sakit, mendingan beli. Memang jadinya banyak uang yang keluar. Tapi mau bagaimana lagi," kata Dedem, warga Kampung Legokloa, Senin (14/8). Dedem berharap, pemda memeriksa air pompa itu apakah sehat untuk dikonsumsi atau mengandung racun. Warga lainnya, seperti di Kampung Bojong Peuteuy, lebih memilih membeli air dalam kemasan galon untuk kebutuhan minum mereka. "Kalau airnya masih dari sekitar (sungai) Cisangkuy, sarua we jeung bohong. Bae we rada mahal, nu penting anak saya sehat," kata Ujang Iyan. Permintaan berbeda dilontarkan Dani (37), warga Desa Langonsari. Ia mewakili warga sekitar, meminta pemda agar membuat sumur artesis di desanya. "Kalau dites kan hasilnya lama. Itu juga kalau pemda mau mengetesnya. Belum lagi urusan pengajuannya, pasti repot. Makanya, kami sih lebih baik dibuatkan sumur artesis, agar kami bisa mendapatkan air bersih tanpa takut meminumnya," kata Dani. Kekhawatiran Dani perihal sulitnya mengajukan pengetesan laboratorium untuk kualitas air di sekitar Sungai Cisangkuy, ternyata ada benarnya. Hal itu tergambar ketika wartawan mewawancarai Bupati Bandung Obar Sobarna yang didampingi Asisten Daerah II Kab. Bandung Nana Priatna, Senin (14/8). Ditemui di Soreang, keduanya menyatakan bahwa pemda akan bertindak jika ada surat resmi dari warga. "Ajukan dulu proposalnya ke pemda. Baru nanti kami dan Dinas Lingkungan Hidup turun ke lapangan untuk mengambil sampel air. Ditesnya di Dinas LH. Kan alatnya lengkap," kata Nana Priatna. "Kalau perlu, kalian saja yang ambil contoh airnya terus bawa ke sini untuk dites," kata Obar kepada wartawan. (Satrya/"PR") Post Date : 15 Agustus 2006 |