|
GARUT, (PR).Warga di sejumlah desa di Kec. Selaawi Kab. Garut saat ini kesulitan mendapatkan air bersih akibat mengeringnya sumur dan sungai di daerah tersebut. Jika wilayah Selaawi dalam beberapa minggu ke depan tidak diguyur hujan, dikhawatirkan masyarakat setempat akan mengalami krisis air yang bisa membahayakan kehidupan mereka. Berdasar penelusuran "PR" selama dua hari terakhir, Selasa dan Rabu (15, 16/11) kemarin, akibat mengeringnya sumur dan sungai di Selaawi itu, masyarakat harus mengantre memperoleh air di sumber mata air yang masih mengeluarkan air. Mereka mengantre untuk mandi, mencuci pakaian, atau mengambil air minum. "Kami seperti ini telah dua atau tiga bulan lalu," kata Yusuf, warga Kp. Ciloa, Desa Mekarsari, Rabu (16/11). Jawaban senada diungkapkan sejumlah warga Kp. Nagrak, Desa Mekarsari. Menurut warga, saat ini masih untung ada sumber mata air di Sungai Cilame yang masih mengeluarkan air. Namun, beberapa hari ke depan, terutama bila hujan tidak kunjung turun, mata air tersebut tidak mustahil akan berkurang airnya, sehingga warga akan semakin menderita. Tanda-tandanya, ujar sejumlah warga, sekarang sudah tampak. Contohnya, pepohonan di sekitar mata air tersebut sudah mengering, air yang keluar dari mata airnya sudah mulai berkurang, tidak sebesar dulu. "Sekarang saja, kami mandi tidak seperti biasanya, dua atau tiga kali sehari. Bisa mandi satu kali sehari juga untung," kata Yusuf. Kepala Desa Putrajawa, Drs. Aten Isa Ansori, ketika dihubungi kemarin membenarkan soal mengeringnya lahan yang ada di wilayahnya. Ia mengatakan, sekira 10 hektare lahan pertanian yang ada di Kp. Burujul Kulon dan Burujul Wetan belah-belah akibat panas yang berlebihan. Beberapa lahan yang saat ini ditanami padi bahkan dikhawatirkan akan gagal panen karena tidak mendapat suplai air yang memadai. Ia menjelaskan, sumur milik warga yang biasanya dipenuhi air, saat ini sudah mulai mengering. Akibatnya, warga banyak yang mengambil air untuk keperluan hidupnya ke sungai di sekitarnya. Yang memprihatinkan, sungai tempat mengambil air pun sudah ngoletrak sehingga air yang diambil warga samasekali tidak terjamin kesehatannya. "Lihat saja kenyataannya di lapangan," ujarnya. Iso (45), warga Kp. Ciloa, Desa Mekarsari menambahkan, hujan terakhir yang turun di wilayahnya sekira minggu ke dua Ramadan lalu. Setelah itu sampai saat ini hujan tidak turun kembali. Setelah sejumlah sumur mengering, banyak warga yang mencoba menggali sumur, dengan harapan sumurnya mengeluarkan air. Ternyata, usaha warga itu sia-sia, karena yang diperoleh warga dengan menggali sumur itu bukannya air, tetapi bebatuan. Rupanya, persediaan air di wilayah mereka sudah tidak ada lagi. Menghadapi kenyataan seperti itu, warga di sejumlah desa di Kec. Selaawi mengharapkan Pemkab Garut segera turun untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. "Ke depan, kami harapkan pemerintah memikirkan saluran irigasi atau pemasangan ledeng ke wilayah kami," kata Dudun dan sejumlah warga yang ditemui "PR" ketika sedang bergotong royong. Sementara pejabat berkompeten di Dinas Pertanian Garut ketika dihubungi "PR", kemarin tidak ada di tempat kerjanya.(A-112) Post Date : 17 November 2005 |