SEBATIK, KOMPAS - Memasuki musim kemarau, ribuan warga Pulau Sebatik, Kalimantan Timur, mulai kesulitan air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Nunukan pun hanya mampu mengalirkan air bersih kepada 708 dari 5.800 keluarga yang mendiami Pulau Sebatik.
Sebagian warga Sebatik yang biasa mengandalkan air hujan untuk mandi, cuci, dan memasak, kini mengambil air bersih dari Tawau, Malaysia. ”Biasanya kami bawa 10 jeriken untuk isi air bersih di Tawau. Untungnya, kami tak perlu beli karena banyak kenalan di sana (tawau) sehingga bisa dapat gratis,” kata Abidin (62), warga Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik, Selasa (2/8).
Ale Ilham (42), warga Desa Aji Kuning lainnya, juga mengaku sering mengambil air bersih di Tawau. ”Kalau tidak hujan selama beberapa hari, kami pasti ambil air di Tawau,” kata Ale. Air yang sudah terisi dalam jeriken itu diangkut dengan perahu kecil dengan lama perjalanan dari Tawau ke Sebatik sekitar 15 menit.
Kepala Desa Aji Kuning Syarifuddin mengatakan, air bersih adalah masalah utama warga Sebatik. Persoalan itu sudah sering dikeluhkan warga kepada DPRD Nunukan, tapi hasilnya nihil.
Di Desa Aji Kuning, terdapat pipa jaringan PDAM yang dibangun tahun 2004, tetapi kondisinya sudah rusak karena tidak dialiri air bersih.
Pulau Sebatik yang berbatasan dengan Malaysia dibagi dua kecamatan, yakni Sebatik dan Sebatik Barat dengan 12 desa. Pulau ini adalah bagian dari Kabupaten Nunukan. Dari 5.800 keluarga di pulau itu, PDAM Tirta Dharma Nunukan hanya mampu melayani 708 keluarga di tiga desa.
Pelaksana Produksi PDAM Tirta Dharma Kabupaten Nunukan Unit Sebatik Mahmud mengakui minimnya pasokan air bersih dari PDAM setempat bagi warga Sebatik. Saat ini, PDAM hanya bertumpu pada empat sumur yang memiliki debit 2 liter per detik dan 3,7 liter per detik.
”Dengan sumur yang ada, hanya 708 keluarga yang baru menikmati air bersih di Sebatik. Kami pernah mencoba mengaliri semua desa yang sudah dibangunkan jaringan, tetapi air di kedua sumur tidak mencukupi,” tutur Mahmud. (ILO)
Post Date : 03 Agustus 2011
|