NGAMPRAH, (PR).- Puluhan warga RT 2 RW 13, Kampung Cijati, Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, menderita krisis air bersih sejak lima tahun terakhir. Mereka menuding beroperasinya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti sebagai penyebab utama. Pasalnya, Sungai Cipicung yang biasa menjadi tumpuan warga memperoleh air bersih menjadi tercemar.
"Sungai Cipicung dulu amat bersih airnya. Kami biasa menggunakannya untuk mandi dan mencuci. Di pinggir-pinggir sungai air bersih untuk konsumsi juga mudah diperoleh dengan hanya membuat lubang yang tak terlalu dalam. Namun sejak ada TPA semua berubah," tutur Atin (34), salah seorang warga, Selasa (18/1).
Kini, Sungai Cipicung yang berkelok memutari wilayah RT 2 itu tak hanya kotor. Menurut Atin, air sungai itu dengan mudah membuat kaki gatal. Pada hari-hari tertentu bahkan air nampak hitam pekat.
Oleh karena itu, tak ada lagi warga yang berani memanfaatkan air sungai tersebut. Di pinggiran sungai tersebut warga dahulu memiliki sebuah sumber mata air yang bersih. Namun sejak lebih dari setahun lalu, sumber air tersebut tak lagi bisa digunakan. Sebuah longsor besar mengurug mata air andalan warga itu.
Tak tepat sasaran
Nandang (45), Ketua RT 2 menuturkan, infrastruktur air bersih itu merupakan bantuan dari pemerintah yang diberikan sekitar empat tahun lalu. Namun sejak itu, tak ada lagi perhatian dari pemerintah. Bahkan pipa-pipa kecil penyalur air itu pun telah banyak yang bocor dan patah.
"Pemerintah sebenarnya cukup sering memberikan bantuan ke Desa Sarimukti. Akan tetapi kebanyakan tak tepat sasaran. Kami yang ada di wilayah paling bawah dan paling sudut selalu dilupakan," ujar Nandang. Ia berharap agar pemerintah mau menjamin ketersediaan air bersih bagi warganya. Kualitas dan kuantitas pasokan air bersih dari sumber air juga hendaknya diperbaiki. (A-165)
Post Date : 19 Januari 2011
|