Warga Pesisir Terpaksa Beli Air Bersih

Sumber:Suara Merdeka - 22 April 2006
Kategori:Air Minum
SEMARANG- Potensi air bersih di Jawa Tengah makin memprihatinkan. Di sejumlah daerah, menurut Sukarman dari Divisi Lingkungan Hidup LBH Semarang, kasus sengketa sumber air antara warga dan perusahaan marak. Sementara itu, kesulitan air bersih melanda penduduk yang bermukim di perkampungan nelayan di pesisir utara dan selatan.

Akibat pencemaran, warga terpaksa memenuhi kebutuhan dasar dengan membeli air ledeng dari PDAM. Dalam kurun lima tahun, 2001-2005, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang mencatat, dua masalah itu mendominasi persoalan air di provinsi ini.

"Sejak dulu, masalah sengketa kepemilikian air itu sudah ada. Namun pengesahan UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air makin melegitimasi privatisasi, sehingga banyak warga yang tak bisa lagi mengakses air bersih di sekitar mereka," ujar Sukarman, Jumat (21/4).

Berlebihan

Dia mencontohkan, sengketa antara warga Sigedang di Klaten dan perusahaan air minum Danone dari AS. Setelah memegang hak pengelolaan, eksploitasi terhadap sumber air yang biasa digunakan warga dilakukan secara berlebihan. Akibatnya, warga tak mampu mengakses air bersih.

Kasus serupa kini kembali hangat di Medini, Kendal. Masyarakat memprotes, karena sumber air yang biasa mereka gunakan kini menjadi milik PDAM Kendal. Akibatnya, warga tak mampu mencukupi kebutuhan air besih sehari-hari.

Di sisi lain, kesulitan memenuhi air bersih juga banyak dialami warga yang bermukim di dekat lokasi real estat baru dan industri.

Kasus di Pucung, Semarang, misalnya, pengembangan kawasan real estat oleh PT Wahyu Multi Prakosa mengakibatkan dua sumber mata air di lokasi itu tercemar.

Sementara itu masalah air dan kerusakan lingkungan akan menjadi fokus peringatan Hari Bumi di Semarang. Hari ini (22/4), peringatan akan dilakukan sejumlah LSM lingkungan di Jalan Tirto Agung, Tembalang, Semarang. Rencananya akan digelar pembersihan sendang mati dan pentas seni. (H12, G17-46a)

Post Date : 22 April 2006