PANGKALAN BALAI(SINDO) – Hampir 80% wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan perairan. Mayoritas warga yang tinggal di wilayah perairan ini menggunakan air sungai dengan tingkat kekeruhan tinggi untuk kebutuhan sehari-hari.
Bahkan,mereka memanfaatkan air sungai yang keruh tersebut untuk minum,masak,dan mandi.Kondisi ini menarik perhatian Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya (PU CK) yang berencana mengenalkan teknologi penyaringan air bersih. Kepala Dinas PU CK Zulkarnain mengungkapkan, teknologi penyaringan air bersih akan diperkenalkan, terutama kepada warga perairan.Satu alat penyaring ditaksir menyedot biaya Rp90 juta/desa. “Alat ini belum miliki nama khusus.Namun,teknologinya pada sistem penyaringan air bersih, di mana akan mengelola air dengan tingkat kekeruhan yang tinggi menjadi air yang mengandung endapan lebih rendah,” ujar Zulkarnain kemarin.
Menurut dia, teknologi penyaringan ini lebih sederhana,di mana setiap kepala keluarga (KK) dapat membentuk kelompok untuk memanfaatkan alat tersebut. “Memang, yang namanya teknologi mahal. Karena itu, butuh anggaran lebih banyak. Namun, jika dikolektifkan dan di-sharing dengan anggaran daerah, akan lebih murah,”tukasnya. Sistem kerja alat tersebut menggunakan teknologi pengendapan dan penyaringan.Teknologi ini terbilang mudah. Sebab, struktur alatnya lebih ringkas. Yang terpenting, sambung Zulkarnain, bukan pada alat penyaringnya.
Akan tetapi, lebih pada bagaimana masyarakat perairan dapat menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari. “Pilihan alat penyaringnya masih dikaji, mana yang lebih sederhana dan murah.Sebagai contoh,di Kertapati,Palembang,ada sebagian masyarakat yang menggunakan teknologi hampir sama,”ungkapnya. Namun, bagaimanapun teknologi digunakan, terpenting bagaimana menumbuhkan persepsi di masyarakat akan pentingnya penyaringan air bersih, terutama air hujan tampungan. Dihubungi terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuasin Parigan Syahrir mengatakan, upaya penggunaan air bersih bagi masyarakat perairan sebenarnya sudah lama digalakkan.
Namun,upaya tersebut masihterkendalabelumtersedianya teknologi yang dapat digunakan secara berkelompok di setiap desa. “Pembahasan ini masih dalam tahap menganalisis alat dan teknologi mana yang lebih mudah,”ujarnya. Sebab,selama ini,kata Parigan, masyarakat cenderung tidak menghiraukan pentingnya air bersih untuk keperluan sehari-hari. Padahal, air merupakan sumber kehidupan. (tazmalinda)
Post Date : 24 Agustus 2010
|