Warga Penjaringan dan Ancol Tetap Kesulitan

Sumber:Kompas - 15 Desember 2006
Kategori:Air Minum
Jakarta, kompas - Ribuan warga permukiman padat di Kelurahan Penjaringan, Ancol Barat, dan sebagian Sunda Kelapa, Jakarta Utara, kesulitan air bersih. Sudah lebih dari tiga minggu ini air leding tak mengalir di Ancol Barat.

Hingga Kamis (14/12), warga harus membeli air dari gerobak dorong, dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per 50 liter. Warga menyebutnya satu pikul, yang terdiri atas dua jeriken, masing-masing berisi 25 liter.

"Keluarga saya membutuhkan air 150 liter (tiga pikul) per hari untuk masak, mandi, dan cuci. Biasanya saya beli Rp 1.500 per pikul sehingga harus mengeluarkan uang Rp 7.500 per hari. Harga itu jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan air leding dari PAM. Namun, sekarang ini air leding tak mengalir," kata Endang Khaerudin (40), warga Penjaringan.

Sekretaris RW 12 Penjaringan Winanto menuturkan, sebenarnya tersedia pula sumur pompa berikut bak penampung bantuan dari Pemprov DKI Jakarta di wilayahnya. Namun, air sumur itu hanya sempat digunakan sekali saja sejak dibangun tahun 2004.

"Warga tidak mau menggunakan lagi karena air terasa asin atau payau meski kedalaman sumur sudah 125 meter. Selain itu, biaya listrik untuk sedot air bisa mencapai Rp 150.000 per bulan. Padahal, penghasilan warga di sini tak jelas," kata Winanto di kantor RW 12 Tanjung Wangi, Penjaringan, tak jauh dari kolong Tol Gedong Panjang.

Antrean panjang pedagang air yang sedang mengisi puluhan jeriken terlihat di sebuah rumah milik warga di Jalan Lodan Raya, Ancol Barat. Setiap pemilik gerobak dorong itu biasanya mengisi untuk 10 jeriken. Di wilayah itu, air leding sebenarnya tersedia, tetapi sejak tiga minggu lalu sudah tak mengalir lagi.

"Kami terpaksa harus mengeluarkan tenaga ekstra dan biaya lebih mahal untuk membeli air dari gerobak dorong," kata Agus Andy (38), warga Kampung Bandan, Ancol Barat.

Kesulitan air itu tidak hanya dialami warga Ancol Barat, tetapi juga warga Jabat Kembang, Sunda Kelapa, Penjaringan. "Air leding di permukiman Jabat Kembang juga sudah tiga minggu ini tidak mengalir. Padahal, di sini ada ribuan warga yang hidup dari air leding itu," kata Abdul Malik (40), warga Jabat Kembang.

Direktur Utama PDAM DKI Jakarta Haryadi Priyohutomo mengatakan, kasus itu terkait dengan teknis pelayanan Thames PAM Jaya (TPJ). Direktur Hubungan Eksternal dan Komunikasi TPJ Ramses Simanjuntak mengatakan belum mengetahui masalah itu. Ia berjanji secepatnya mengidentifikasi masalah agar pelayanan kembali normal, setidaknya mulai Jumat. (CAL)



Post Date : 15 Desember 2006