|
MESKIPUN program sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) telah dilakukan pada 14 kampung di wilayah pantai utara (pantura) terutama di distrik Warsa, Biak, Papua. Namun, program yang dirintis yayasan Rumsram ini belum mendapat dukungan pemerintah daerah. Program ini sudah bekerja sama dengan Pokja AMPL di daerah itu, bahkan mendapat dukungan konsultan Simavi dan IRC dari Negeri Belanda. Dampak STBM, sebagian besar warga di 14 kampung yang berada wilayah pantura banyak mengalami perubahan perilaku untuk menjaga lingkungan tetap sehat.Saat ini warga kampung tidak lagi buang air besar sembarangan dan beberapa pilar lain seperti cuci tangan pakai sabun sebelum makan, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga. Lalu, pengelolaan sampah rumah tangga, serta pengelolaan limba cair rumah tangga. Hal itu sudah menjadi perilaku baru yang diterapkan warga kampung saat ini. Namun, kendala besar warga, yakni sejak turun temurun di wilayah ini belum pernah tersentuh pembangunan air bersih. Rata-rata warga tergantung menggunakan air minum dari sumber mata air yang di pantai, untuk kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan air salobar, tidak setiap saat bisa diambil warga. Mereka harus menunggu air laut surut air. Warga kampung di pantura yang berhadapan langsung dengan samudera pasifik itu, sangat membutuhkan pembangunan fasilitas air bersih yang memadai. Di wilayah ini ada, tiga mata air salobar yang menjadi sumber air minum, mandi dan lain-lain. “Warga kampung sudah terbiasa dengan air salobar, karena selama ini pemerintah sangat minim memberikan perhatian,‘kata Markus Rumbarar, warga kampung Wasani, distrik Warsa. Masyarakat kampung, secara turun temurun bergantung untuk mengkonsumsi air salobar. Ketiga mata air salobar itu, dirasa sangat memberikan manfaat bagi warga. “Kalau direbus pasti akan terasa asin, hingga warga mengkonsumsi tanpa harus direbus. Tetapi keuntungan, jika air direbus terutama untuk membuat teh manis atau kopi, cukup dengan gula sedikit sudah terasa manis dan enak rasa. Beda dengan air hujan atau di kota orang pakai air PAM.‘ Selaku warga kampung, dia berharap ada perhatian dan tindaklanjut pemerintah daerah membangun fasilitas air bersih. “Kami sangat harapkan upaya pemda membangun fasilitas air bersih. Sebab sejak turun temurun kami belum pernah menikmati fasilitas itu.‘ Selain masalah air bersih, hampir semua warga kampung terutama yang berada di wilayah pantura itu, mengeluh bangunan rumah hunian yang dinilai sudah tidak layak. Saat ini, warga yang memiliki bangunan rumah permanen khusus di kampung Wasani hanya lima keluarga, Sedangkan bangunan rumah semi permanen atau setengah batu ada sekitar 25, lantai semen 25 sedangkan lantai tanah tiga. Selebihnya bangunan rumah yang dikategorikan pondok dari bahan kayu, bambu dan gaba. “Kalau dilihat kondisi bangunan perumahan warga kampung disini khusus di Wasani, banyak yang dikategorikan bangunan tidak layak dihuni,‘ kata kepala kampung Wasani, Yustus Faknik. Menurut dia, bukan hanya di kampung Wasani, tetapi hampir semua kampung di pantura ini seperti Inyobi, Koyomi, Imswanbesi, Imswanbesi Sup. Mereka bingung mau dibawa kemana keluhan warga kampung. “Kita ini bingung, mau arahkan masyarakat kemana. Karena kita ini mungkin cuma bisa bicara sebentar terus habis. Nanti besok kalau tidak ada bukti malahan rakyat tidak percaya kepada kita.‘ Terkait dukungan beberapa anggota dewan yang berasal dari daerah pemilihan di wilayah pentura, kata Faknik, ada lima orang. Namun mereka tidak pernah menyalurkan aspirasi masyarakat kampung. Kelima anggota dewan itu (tanpa disebutkan nama) dikatakan, tidak pernah turun, melihat dan mendengar dari dekat aspirasi rakyat untuk disampaikan kepada pemerintah daerah. “Walau kita punya lima orang anggota dewan, tapi belum pernah ada yang turun langsung tanya masyarakat. Jangankan masyarakat, kami kepala kampung saja belum pernah ada anggota dewan yang turun kunjungi kami, tanya apa yang dibutuhkan disini atau apa segala macam. Nanti mau pemilu dulu baru datang, merayu pak desa tolong tanda tangan ini, tolong bikin saya itu dan segala macam,‘ katanya. Opin Tanati Post Date : 07 November 2011 |