|
Pandeglang, Kompas - Kemarau panjang yang terjadi empat bulan terakhir membuat warga di daerah selatan Pandeglang, Banten, terpaksa menggunakan air asin untuk keperluan sehari-hari meskipun air sumur warga mulai menyusut, berwarna keruh, dan berasa asin. Berdasarkan pantauan, Sabtu (26/7), krisis air bersih terutama terjadi di daerah yang dekat dengan pantai barat Banten, di antaranya Kecamatan Sukaresmi, Panimbang, Sobang, Patia, dan beberapa daerah di Kabupaten Pandeglang. Semenjak musim kemarau, air sumur milik sebagian warga mengering. Salah satunya sumur milik Yati, warga Kampung Kiara, Desa Weru, Kecamatan Sukaresmi, yang sudah tiga bulan mengering. Setiap hari ia terpaksa berjalan sekitar satu kilometer untuk mengambil air di sumur tetangga kampungnya. ”Sudah tiga bulan ambil air di tetangga, sumur di rumah enggak keluar air. Daripada harus keluar uang, lebih baik jalan kaki minta air,” katanya saat berjalan pulang membawa dua ember air. Padahal, air sumur di desa itu pun umumnya mulai berwarna keruh, berbau tidak sedap, serta berasa asin. Kondisi itu sudah terjadi sejak hujan tak lagi turun, empat bulan yang lalu. ”Pas musim hujan, airnya rasanya adem, tetapi mulai kemarau airnya menjadi asin seperti ini,” kata Sadah, warga lainnya. Meskipun berasa asin, warga tetap menggunakan air sumur untuk keperluan mandi, mencuci, memasak, dan air minum. Jika memiliki uang lebih, warga baru membeli air bersih dengan harga Rp 1.000-Rp 2.000 per jeriken ukuran 5 liter atau air isi ulang dengan harga Rp 2.000-Rp 3.000 per galon. ”Kalau pas punya uang ya kebeli, tetapi kalau lagi enggak ada kepaksa air rasa asin juga dimasak buat minum,” ujar Eni, ibu rumah tangga lain. Sebenarnya, krisis air bersih di empat kecamatan itu selalu terjadi setiap musim kemarau. Namun, setiap tahun warga hanya mendapatkan bantuan air bersih dari mobil tangki yang dikirim pemerintah daerah. Padahal, menurut warga, mereka membutuhkan infrastruktur penampung air bersih. Bekasi kekeringan Sedikitnya tiga kecamatan di Kabupaten Bekasi, yaitu Cibarusah, Serangbaru, dan Bojong Mangu, juga dilaporkan terancam krisis air bersih. Selain itu, lebih dari 3.500 hektar sawah di 11 kecamatan di Kabupaten Bekasi terancam gagal panen akibat kekeringan. Mengatasi krisis air bersih di tiga kecamatan itu, menurut Wakil Bupati Bekasi Darip Mulyana, ketika ditemui, 25 Juli lalu, dalam waktu dekat Pemerintah Kabupaten Bekasi akan mendistribusikan air melalui truk-truk tangki. Sementara itu, untuk mengantisipasi kekurangan air bersih pada masa depan, Pemkab Bekasi berencana menyedot air baku Kali Malang dan memasang pipa penyaluran ke daerah-daerah rawan air bersih. (nta/cok) Post Date : 28 Juli 2008 |