|
Pandeglang, Kompas - Kesulitan warga Pandeglang, Banten, untuk mengakses air bersih selama musim kemarau belum juga tertangani. Meski warga sudah mengonsumsi air keruh yang tak layak, bantuan air bersih dari Pemerintah Provinsi Banten belum juga datang. Berdasarkan pantauan, Minggu (10/8), krisis air bersih di Pandeglang meluas. Kesulitan mengakses air bersih tidak hanya dialami warga Patia, Pagelaran, Panimbang, dan Sukaresmi, tetapi juga warga Cibaliung, Picung, Bojong, dan sebagainya. Warga di Pandeglang sudah hampir lima bulan kesulitan mengakses air bersih. Kondisi itu terjadi karena selama kemarau sumber air bersih seperti sumur serta kolam mata air mengering. Akibatnya, warga terpaksa mengonsumsi air keruh dan tak layak untuk kebutuhan memasak serta air minum. Biasanya, warga mengambil air dari Sungai Ciliman dan Cilemer dengan cara didiamkan dahulu sebelum dikonsumsi. ”Kalau punya uang, bisa beli air Rp 3.000 per jeriken isi 20 liter, tetapi kalau enggak punya uang, ya, masak air sungai, diendapkan dulu sampai bening baru dimasak,” tutur Nurul, warga Patia. Meski begitu, warga lebih sering mengonsumsi air sungai. Sebab selain air bersih mahal, warga juga harus mengeluarkan uang untuk upah ojek hingga di atas Rp 3.000 per satu jeriken. Padahal, sebagian besar warga tak selalu memiliki uang lebih untuk membeli air bersih. Itu karena pendapatan warga yang umumnya bekerja sebagai petani dan buruh tani juga berkurang karena sawah mengalami kekeringan. Lain warga Patia, lain pula warga Picung dan Bojong. Selama musim kemarau mereka terpaksa berjalan jauh untuk memperoleh air bersih. ”Kalau mau dapat air bersih, harus mau jalan jauh. Saya aja setiap hari jalan sampai 5 kilometer, cari sumber air di hutan sana,” tutur Ela, salah seorang warga Picung. Butuh bantuan Krisis air itu membuat warga kelelahan dan berharap pemerintah segera memberikan bantuan air bersih. Bahkan Camat Patia, Ali Kohar, mengaku sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih kepada pemerintah daerah. Akan tetapi, upaya itu hingga kemarin belum membuahkan hasil. Bantuan air bersih yang diharapkan ribuan warga di sembilan desa di Patia belum juga datang. Sementara itu, secara terpisah, anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pandeglang, A Baihaki, meminta PDAM segera memasok air bersih ke daerah-daerah rawan kekeringan. Sebab, krisis air bersih itu selalu dialami ribuan warga di sebagian daerah selatan Pandeglang, setiap memasuki musim kemarau. ”Daerah-daerah itu sering mengalami kekeringan, karena itu harus diprioritaskan untuk memperoleh saluran air bersih. Dengan demikian warga tidak perlu lagi kesusahan mengakses air bersih,” ujarnya. (NTA) Post Date : 11 Agustus 2008 |