|
Palembang, Kompas - Memasuki musim hujan sekarang, warga Palembang tetap kesulitan air bersih. Air sumur mereka saat ini malah berwarna kuning kecoklatan sehingga tidak layak dikonsumsi. Akibatnya, warga terpaksa membeli air eceran yang harganya Rp 1.500 per jeriken isi 20 liter. Fatmawati, warga RT 23 RW 07, Kelurahan Keramasan, Kamis (16/11), mengatakan, ia tidak bisa mengandalkan sumur untuk minum dan memasak. Selain keruh, di air sumur didapati jentik-jentik nyamuk. Kemarau panjang sejak Juli, menyebabkan sumur milik Fatmawati kekeringan. Ia akhirnya terpaksa membeli air seharga Rp 1.000 per jeriken. "Mau tidak mau saya harus beli air bersih, daripada anak-anak dan cucu sakit karena minum air sumur," katanya. Di Kertapati, air bersih bahkan dijual seharga Rp 1.500 per jeriken. Abuyamin, pedagang air di Kertapati, mengatakan, permintaan air bersih hingga saat ini masih tinggi. Penyebabnya, sebagian warga belum bisa memanfaatkan air sumur dan sungai yang keruh. "Dalam sehari, air laku terjual sampai 70 jeriken," tutur Abuyamin. Ia mengaku mendapat untung Rp 500 dari setiap air jeriken yang terjual. Musim hujan di Palembang berlangsung sejak awal November lalu. Rendahnya kualitas air sumur dan sungai hingga awal musim hujan, menyebabkan warga sulit memenuhi kebutuhan air bersih. Sampai saat ini, sebagian warga di kota yang dilintasi Sungai Musi ini belum terlayani air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Selain biaya pemasangan awal yang dianggap mahal, warga tidak mendapat kepastian kapan air mengucur di rumah mereka. Hingga saat ini, pelayanan air bersih PDAM Tirta Musi Palembang baru menjangkau 60 persen dari 1,5 juta penduduk. (lkt) Post Date : 17 November 2006 |