|
RATUSAN warga di Desa Kedungwuluh Lor, Kec. Patikraja dan Desa Nusadadi, Kec. Sumpiuh Banyumas, Jateng berebut air bantuan dari pemkab setempat. Mereka rela menunggu berjam-jam untuk memperoleh air sekadarnya, pasalnya sejumlah sumber air dan sumur sejak sebulan mengering. Mata air yang bertahan airnya keruh akibat adanya erosi. Sebelum bantuan air dari Pemkab Banyumas datang, warga sudah menyiapkan ember dan jeriken di sepanjang jalan desa. Mereka menunggu sejak pukul 7.00 WIB dan baru mendapat pasokan sekitar pukul 9.30 WIB. Pihak desa memberi tahu hari itu akan datang bantuan air bersih gratis untuk warga. Setelah lama menunggu, tiba-tiba warga dikejutkan oleh kabar yang sudah ditunggu selama bermingu-minggu, "Air...air...air!" Warga berlarian menuju kendaraan pengangkut air. Begitu air mengucur dari tangki, warga saling berebut untuk mendapat sekadarnya. Mereka ingin cepat mendapatkan jatah air. Tidak lebih setengah jam, pasokan air 4.000 liter dari Pemkab Banyumas pun habis. Menurut Untung (47) warga setempat, ratusan warga biasanya harus mencari air sejauh 2 km ke Dusun Srowot. "Biasanya warga di sini menggantungkan belik (mata air kecil) di Srowot. Meski airnya kurang baik karena kotor bercampur tanah, yang turun dari arah hutan yang telah gundul," katanya. Kepala Desa Kedungwuluh Lor Sudarto mengatakan, warga di desanya yang kesulitan air bersih mencapai 270 kepala keluarga (KK) atau sekitar 800 jiwa. "Selama sebulan kekeringan, kita telah mendapat pasokan empat tangki, yang habis hanya dalam waktu setengah jam. Selama tidak ada pasokan, warga mencari air ke dusun lain sejauh 2 km," katanya. Krisis air di Desa Nusadadi, karena tidak ada bak air, warga menggunakan perahu fiber untuk menampung air. "Meski kemarau, perahu ini bermanfaat bagi warga desa untuk menampung air kalau bantuan air bersih dari kabupaten datang," tutur Zulkani (40), warga setempat. (Eviyanti/"PR") Post Date : 22 Agustus 2007 |