|
PURWOREJO- Musim kemarau saat ini membuat sejumlah warga di wilayah perbukitan semakin kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan, krisis air bersih membuat warga di sejumlah desa terpaksa memanfaatkan sisa air sungai yang masih mengalir kecil. Seperti ratusan warga di Desa Jelok dan Kedungkubah, Kecamatan Kaligesing. Warga di kedua desa itu mulai turun ke sungai terdekat untuk mencari air minum, mandi dan mencuci pakaian. Bak Penampungan Rofi'ah (70) warga Desa Jelok mengungkapkan, dia harus mengambil air untuk memenuhi kebutuhan minum dan mencuci pakaian sehari-hari di sungai. "Warga di atas sana lebih sulit lagi dari pada kami, setelah sumber mata air di puncak bukit dan bak-bak penampungan bantuan dari program Pamsimas susut airnya. Pipa air yang biasa dialirkan ke rumah-rumah warga sudah mati. Terpaksa harus turun langsung ke sungai," katanya. Dikatakan, warga biasa membuat sumur dangkal di pinggir sungai yang kerap disebut belik. Jumlahnya ada puluhan belik sepanjang sungai yang melintas Desa Kedungkubah dan Jelok. "Belik ini airnya untuk diminum, sebagian sisanya untuk mandi, satu belik bisa digunakan untuk beberapa keluarga, sementara kalau mencuci cukup di kubangan-kubangan sungai,," imbuhnya. Wagiman (50), warga Desa Kedungkubah menambahkan, kondisi air di desanya lebih baik dibanding desa Jelok kendati lokasinya lebih di atas. "Kebetulan pohon-pohon di sini masih banyak, namun kami juga tetap harus turun mencari air di tempat tetangga yang memiliki sumur. Sementara untuk mencuci dan mandi kami juga harus ke sungai," ujarnya. Diungkapkan, untuk mencari air minum warga rata-rata harus menempuh jarak kiloan meter. Di Desa Kedungkubah ada puluhan KK yang bernasib sama. Mereka tinggal di empat dusun yakni Dusun Blekokan, Dusun Sewu, Dusun Kliwonan dan Dusun Kedung Curug. "Kami kini juga kesulitan untuk merumput, warga yang memiliki ternak dan tidak sempat menanam hijauan pakan ternak harus merumput jauh ke perbukitan," keluhnya. (H43-45) Post Date : 17 Oktober 2011 |