KULONPROGO - Memasuki musim kemarau, warga sejumlah daerah di Kulonprogo terancam kesulitan air bersih. Bahkan, yang lebih buruk, daerah yang mereka tinggali jadi kekeringan.
Wilayah yang rawan sebagian besar di perbukitan Menoreh dengan kondisi geografis tidak menguntungkan berupa pegunungan sehingga sulit dijangkau. Kesulitan air bersih dan kadang-kadang sampai kekeringan bukan hal baru di sana. Hampir tiap tahun muncul persoalan sama. Warga biasanya menunggu pengedropan air dari pemerintah dan pihak lain atau membeli patungan.
”Baru memasuki musim kemarau tetapi sejumlah mata air dan telaga sudah surut. Kemungkinan dalam waktu dekat habis dan warga kesulitan air,” tutur salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Kokap, Sutrisno, kemarin.
Meskipun belum separah puncak kemarau, masyarakat sudah mulai kesulitan. Warga di Hargowilis dan Kalirejo misalnya, mereka terpaksa turun gunung mencari air karena sumber air menipis. Sebagian malah tidak mengeluarkan air. Tanpa Sumur Masyarakat, menurutnya, tidak bisa membuat sumur sendiri di rumah karena terlalu dalam. Mereka harus menggali belasan bahkan puluhan meter agar keluar air. Biaya untuk membuat sumur sangat besar. Bahkan penggalian tak bisa secara manual tetapi menggunakan bor yang tentu mahal.
Kepala Desa Hargowilis, Dalijan mengatakan, warga memang sudah kesulitan memperoleh air bersih meskipun musim kemarau belum sebulan berjalan. Dia menjelaskan, sebenarnya ada program penyaluran air baku dari Waduk Sermo.
Namun sampai sekarang, program itu belum terealisasi. ”Kalau program sudah berjalan, warga tak akan kesulitan lagi karena bisa mendapat air dari waduk,” imbuhnya. (D19-72)
Post Date : 23 Juni 2009
|