BANJAR, (PR).- Warga Banjar mulai kekurangan air karena sumur yang biasa mereka gunakan sudah tidak mengeluarkan air. Mereka berharap Pemkot Banjar melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Banjar menyuplai air kepada mereka.
Warga yang mengeluhkan kekurangan air tersebut antara lain puluhan warga Desa Neglasari dan warga di kompleks perumahan di kawasan Dobo Kec. Banjar Kota, Banjar.
"Sumur kami sudah mengering sejak beberapa hari lalu sehingga kami kesulitan memperoleh air," kata Abidin, seorang warga kepada "PR", Minggu (30/8).
Abidin mengatakan, sejak awal dan sebelum musim kemarau datang, warga Neglasari sebenarnya berharap memperoleh suplai air dari PDAM Kota Banjar. Walaupun mereka berada di kawasan perkotaan, belum tersentuh PDAM. Namun, harapan mereka tidak terwujud, sampai musim memasuki kemarau seperti sekarang.
Abidin mengharapkan, bila pemasangan pipa PDAM tidak bisa dilaksanakan dalam waktu cepat, PDAM Kota Banjar menyuplai air bersih ke kawasan Neglasari dengan menggunakan tangki.
"Kami sangat berterima kasih jika PDAM melakukannya," katanya, mewakili sejumlah warga Neglasari lainnya.
Drs. Dadan, warga perumahan di Dobo juga mengatakan, sumur-sumur yang ada di kawasan perumahan sudah tidak mengeluarkan air lagi. Warga, kata dia, sempat ada yang menggali sumur dengan maksud sumurnya berair lagi. Ternyata, walaupun digali terus, air yang keluar tidak memadai, selain berwarna keruh.
Oleh karena itu, warga di Dobo pun mengharapkan ada suplai air dari PDAM Kota Banjar.
"Bagaimana saja caranya, pokoknya kami mengharapkan Pemkot Banjar melakukan pemasangan pipa PDAM ke lingkungan perumahan kami," kata Drs. Dadan.
Citanduy
Persoalan berkurangnya air, bukan saja menimpa sumur warga, tetapi juga menimpa Citanduy, sungai besar yang selama ini dikelola Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy-Ciwulan yang bermarkas di Kota Banjar.
Menurut pantauan "PR", Sungai Citanduy pun sudah berkurang airnya karena dari waktu ke waktu terus menurun.
Pengurangan debit air di sungai itu dikeluhkan sejumlah petani yang selama ini menggunakan air dari sungai tersebut untuk mengairi lahan pertanian mereka.
Mereka khawatir berkurangnya debit air itu menyebabkan lahan pertanian mereka tidak bisa teraliri air.
"Kami sekarang memang sedang menanam palawija yang relatif tidak membutuhkan air banyak. Namun, tetap saja kami khawatir melihat debit Sungai Citanduy yang menurun seperti ini," kata H. Yahya, seorang petani di kawasan Banjarsari yang lahannya berada di tepi Sungai Citanduy.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy-Ciwulan Ir. H. Agus Rahardjo, ketika dikonfirmasi Minggu (30/8) membenarkan soal kritisnya debit air Sungai Citanduy.
"Sekarang, debit air hanya ada sekitar 4 m3 sampai 6 m3 per detik, sementara debit air ideal adalah 200 m3 per detik," katanya.
Namun, kata dia, untuk pelayanan air minum dan irigasi di Daerah Aliran Sungai Citanduy masih bisa terpenuhi. Itu terjadi karena saat ini musim tanam sedang masuk ke musim tanam (MT) III, yakni musim tanam palawija yang tidak membutuhkan air banyak. (A-112)
Post Date : 31 Agustus 2009
|