|
Ribuan warga Kota Cilegon bagian utara kini kesulitan mendapatkan air bersih setelah sumur mereka mengering, begitu juga daerah lain. Akibatnya, mereka terpaksa mendatangkan air dari daerah terdekat yang jaraknya sekitar 3,5 kilometer dengan menyewa tukang ojek. Berdasarkan pemantauan di Kampung Cipala, Desa Lebak Gede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, antrean warga terlihat di beberapa sumur yang menyisakan sedikit sumber air. Dari 10 sumur di kampung tersebut, menurut penuturan warga, air di masing-masing sumur rata-rata hanya cukup untuk mengisi tiga jeriken berisi 20 liter dalam sehari-semalam. Sumber air yang masih tersisa itu hanya digunakan untuk kebutuhan minum. Air yang ada diambil warga secara bergiliran sesuai urut antrean. Di sekeliling sumur-sumur itu, tampak jeriken-jeriken diletakkan untuk menunggu giliran diisi air. Senin siang kemarin, sumur-sumur itu sedikit mengeluarkan air, karena daerah tersebut baru disiram hujan pada malam sebelumnya. Ketua RT 01 RW 05 Kampung Cipala, Desa Lebak Gede, Pulomerak, Cilegon, Mahad (35), menuturkan, kekeringan yang terjadi setiap musim kemarau itu melanda desanya sejak tiga bulan lalu. Warga harus menghemat penggunaan air, antara lain dengan mandi sekali dengan air yang didatangkan dari Kampung Dopal. Warga harus mengeluarkan uang Rp 2.500 per jeriken sebagai ongkos sewa ojek karena air tersebut didatangkan dari kampung yang berjarak 3,5 kilometer. Kepala Urusan Pemerintahan Desa Lebak Gede A Saefuddin mengatakan, kekeringan di wilayah itu, antara lain, terjadi di Kampung Cipala, Berigil, Rambutan, Kedokan, Batupayung, dan Gunung Penawen. Daerah itu dihuni oleh ribuan warga yang tergabung dalam sekitar 500-an keluarga. Camat Pulomerak Zahruddin B mengatakan, kekeringan itu dialami warga yang tinggal di kawasan pegunungan. Selain di Desa Lebak Gede, kekeringan serupa juga dialami warga Desa Mekarsari, Pulomerak. Untuk mengatasi masalah itu, Pemerintah Kota Cilegon melalui perusahaan air minum daerah menyuplai tangki-tangki air ke warga yang kekeringan. Ia menjelaskan, pemerintah daerah juga menganggarkan untuk pembuatan sumur-sumur bor di daerah-daerah yang kekeringan. Akan tetapi, karena tidak ada mata air, upaya tersebut tidak bisa dilakukan sehingga Pemkot Cilegon hanya bisa memasok tangki-tangki air untuk warga. Namun, dalam sebulan terakhir warga baru menerima pasokan tangki air dua kali, 14 Agustus lalu sebanyak empat tangki dan dua tangki pada hari Senin kemarin. Oleh karena itu, warga tidak bisa mengandalkan kebutuhan air pada pasokan Pemkot Cilegon karena untuk seluruh warga di kampung itu, minimal dipasok empat tangki per hari. Cirebon juga menyusut Sumber-sumber air untuk cadangan air minum dan irigasi pertanian di wilayah Cirebon dan sekitarnya makin menyusut pada puncak musim kemarau saat ini. Volume air di beberapa waduk bahkan sudah menyusut lebih dari 50 persen dibanding volume normal. Pemantauan Kompas di beberapa sumber air utama di Kabupaten Cirebon, Senin (23/8), menunjukkan sudah menurun jauh di bawah normal. Tanah yang sebelumnya tertutup air waduk tampak muncul ke permukaan dan ditanami berbagai tanaman palawija oleh petani. Seperti tampak di Waduk Setu Patok di Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, tinggi muka air (TMA) sudah menurun hampir tujuh meter dari batas TMA normal yang terlihat dari bekas air di dinding waduk. Menurut Taufik (21), warga setempat yang sedang memancing di waduk tersebut, pada kondisi normal ketinggian air rata-rata adalah pada tanda bekas air tersebut, yaitu pada TMA 29,62 meter. Sedangkan Senin kemarin, permukaan air hanya berada pada batas ketinggian 26,64 meter. Data dari Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air (PSDA) Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung di Cirebon menyebutkan, volume air Waduk Setu Patok per 15 Agustus lalu hanya tinggal kurang dari separuh kapasitas tampung maksimalnya. Menurut Narsan, staf Seksi Operasi dan Pengolahan Data Balai PSDA, volume air waduk tersebut pada 15 Agustus lalu tinggal 6.140.000 meter kubik pada posisi TMA 27,18 meter. "Padahal kapasitas tampung maksimalnya mencapai 14.000.000 meter kubik pada posisi TMA 32,2 meter," paparnya. Kondisi serupa juga terjadi di Waduk Sedong di Desa Karangwuni, Kecamatan Sedong, Cirebon. Menurut Kepala Seksi Irigasi dan Klimatologi Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Asyikin Kusnandi, kondisi penyusutan sumber air irigasi sudah tidak terlalu berpengaruh terhadap pertanian tanaman pangan di Kabupaten Cirebon. Pasalnya, hampir seluruh wilayah pertanian saat ini sudah memasuki masa panen raya musim tanam gadu.(SAM/DHF) Post Date : 24 Agustus 2004 |