|
KARANGANYAR - Investasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Karanganyar senilai Rp 4 miliar mandek dan belum jelas kepastiannya, menyusul demo warga dari enam desa di empat kecamatan beberapa waktu lalu. Selain itu, akibat demo tersebut sekitar empat ribu warga Kecamatan Mojogedang juga terancam kesulitan air bersih, terutama di musim kemarau seperti sekarang. ''Untuk memenuhi kebutuhan air minum, beberapa warga Mojogedang dan sekitarnya memanfaatkan beberapa sumber air kecil di sungai,'' kata Direktur PDAM, Aris Wuryanto. Seperti diberitakan sebelumnya, dengan menumpang sepuluh truk, sekitar 500 warga dari enam desa di empat kecamatan menggeruduk Gedung DPRD, Kamis (9/6) pukul 20.00. Mereka menolak pengambilalihan sumber air Watu Pawon di Ngargoyoso oleh PDAM. Mereka khawatir, lahan pertanian di enam desa, yaitu Ngadirejo (Kecamatan Mojogedang), Tamansari (Kerjo), Nglegok (Ngargoyoso), serta Harjosari, Gondangmanis, dan Dayu (Karangpandan) yang berada di bawah sumbar air mengalami kekeringan jika sumber air itu dipasangi pipa dan dialirkan ke rumah tangga untuk konsumsi air bersih. Beli Murah Menurut Aris Wuryanto, untuk investasi air bersih yang memanfaatkan sumber air Watu Pawon di Ngargoyoso, PDAM menginvestasikan dana Rp 4 miliar. Dari seluruh investasi, sebanyak Rp 2,5 miliar telah digunakan. ''Untuk penguasaan lahan di sumber air Watu Pawon, PDAM saat itu membeli kepada salah seorang warga setempat yang memiliki sumber air itu dengan harga murah, yaitu Rp 14 juta ,'' ujar dia. Debit sumber air Watu Pawon, cukup tinggi, sekitar 150 - 175 liter per detik. Air itu, kata Aris, diperkirakan bisa mencukupi kebutuhan air bersih warga serta lahan pertanian di beberapa desa di Kecamatan Mojogedang, Kerjo, Ngargoyoso, dan Karangpandan. ''PDAM mempunyai 12 sumber air yang tersebar di berbagai kecamatan. Dari jumlah itu, sudah delapan sumber air yang sudah dimanfaatkan,'' ujarnya. Lebih lanjut Aris menjelaskan, penggunaan sumber air Watu Pawon untuk konsumsi rumah tangga, merupakan permintaan warga sejak 2003, yang belakangan ini memang kekurangan air bersih. Menurut dia, penggunaan sumber air itu sudah melalui beberapa kajian serta telah disetujui pemerintah desa, camat, dan tokoh masyarakat setempat. ''Sebenarnya para petani tidak perlu khawatir. Untuk memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian, pihak PDAM telah memasang kran besar di setiap sudut desa pada pipa yang besarnya 12 inci yang kini akan dipasang. Kran yang dibuka selama 24 jam itu, untuk memenuhi kebutuhan petani,'' tandasnya.(G8-51a) Post Date : 14 Juni 2005 |